Katoliknews.com – Dalam rangka mencegah penyebaran berita bohong dan palsu, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menjalin kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memberikan literasi media kepada masyarakat.
Sebagai realisasinya, Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) bekerjasama dengan komisi Kepemudaan KWI mengajak beberapa Ormas Katolik seperti ISKA, FMKI, Pemuda Katolik, PMKRI. Tim internal Gereja ini bersama Kemkominfo akan mengadakan workshop bagi para orang muda katolik (OMK) di tujuh kota di Indonesia.
Kegiatan dimulai dari Jakarta kemudian dilakukan di Malang, Medan, Bandung, Manado, Kupang dan Semarang, dengan melibatkan 100 orang muda Katolik di setiap kota sebagai garda paling depan masa depan Gereja.
“Kegiatan akan dimulai di Civita Youth Camp Jl. Cimandiri 50, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten untuk wilayah Jakarta dan Bogor pada 16-17 September,” ujar Romo Kamilus Pantus, Sekretaris Komisi Komsos KWI di Jakarta.
Menurut Kamilus, workshop ini akan menitikberatkan tentang peran media sosial dalam meningkatkan wawasan kebangsaan sebagai orang muda katolik. Juga untuk meningkatkan kemampuan literasi mereka, utamanya dalam menggunakan media sosial dan mengelola konten-konten yang beredar di seputar kehidupan sehari-hari lewat alat-alat komunikasi.
“KWI dalam hal ini mendapat tugas sebagai narasumber tentang panduan penggunaan media sosial dari segi ajaran Gereja Katolik. Sementara pembicara lain dari tim Kominfo,”ujar Kamilus.
Kamilus menambahkan bahwa workshop ini juga dilakukan setelah buku Pedoman Penggunaan Media Sosial yang disusun oleh tim penulis dari Komsos KWI rampung pada akhir Agustus. Buku tersebut diterbitkan oleh Penerbit Katolik OBOR, dan akan diluncurkan pada 14 Oktober 2017.
Buku ini, kata Kamilus, akan menjadi materi utama dari perpseptif Gereja Katolik dalam kegiatan pelatihan tersebut sekaligus juga menjadi bahan untuk disebarluaskan kepada orang muda katolik di seluruh Indonesia.
Lebih lanjut Kamilus mengatakan bahwa Komsos KWI sendiri sudah melakukan sosialisasi penangkalan berita-berita bohong (hoaks) ke berbagai keuskupan dengan sasaran utama orang muda Katolik.
Literasi media sudah dimulai sejak diselenggarakannya Pekan Komunikasi Sosial Nasional pada Bulan Mei 2017 di Keuskupan Purwokerto. Pelatihan sudah dilakukan di sejumlah keuskupan seperti Larantuka, Sibolga, Palangkaraya, Amboina dan akan diteruskan ke keuskupan-keuskupan lain.
Pelatihan juga melibatkan biarawan dan biarawati seperti suster, frater, bruder dan seminaris.
Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Mgr. Ignatius Suharyo menyatakan, sikap Gereja Katolik sangat jelas, yakni selain menempatkan internet sebagai karunia Allah yang berkarya melalui manusia, Gereja juga turun tangan untuk membimbing umat bagaimana memanfaatkan media sosial secara bijak.
“Peran Gereja adalah pewarta Kabar Baik dan nilai luhur Katolik. Artinya, media sosial merupakan pembaruan bentuk saja mengikuti perkembangan zaman. Tidak untuk ditolak melainkan untuk dikelola secara bijak,” ujar Suharyo dalam kata pengantar buku “Pedoman Penggunaan Media Sosial.”
Karena itu, kata Mgr. Suharyo, dalam bermedia sosial, penting sekali memegang prinsip untuk mengutamakan kebenaran, kebaikan, dan kemanfaatan dalam berkomunikasi. Kaidah moralitas, etika berkomunikasi, dan tatanan hukum wajib dijunjung dalam berkomunikasi di era digital ini.
Komentar