Katoliknews.com – Langkah Vatikan yang membebastugaskan Uskup Agung Merauke, Mgr Nicolaus Adi Seputra MSC masih menimbulkan tanya tanya, terkait alasan keputusan tersebut.
Saat keputusan itu diumumkan oleh Mgr John Philip Saklil pada Sabtu, 27 Juli, tidak dijelaskan apa yang menjadi alasannya.
Bersamaan dengan pemberhentian Mgr Nicolaus yang akan mengikuti proses bina lanjut di Roma hingga batas waktu yang tidak ditentukan, Vatikan juga menetapkan Uskup Saklil sebagai administrator apostolik dan Uskup Bandung, Antonius Subianto Bunjamin sebagai visitator apostolik.
Uskup Nico mulai memimpin Keuskupan Agung Merauke yang memiliki sekitar 150,000 umat sejak 2004.
Ucanews.com, media Katolik Asia mengulas soal masalah ini dalam berita yang dilansir pada Rabu, 31 Juli.
BACA JUGA: Vatikan Membebastugaskan Uskup Agung Merauke
Mengambil judul ‘Mismanagement’ Diduga Jadi Alasan Utama Uskup Agung Merauke Dinonaktifkan, artikel itu mengutip pernyataan Mgr Saklil bahwa pemberhentian itu terkait dengan kasus “tata kelola keuskupan.”
Media itu juga menyatakan, penunjukkan Uskup Bunjamin adalah upaya untuk membangun “rekonsiliasi atas kasus-kasus pastoral yang menimbulkan pro kontra di kalangan umat dan para pelayan gereja.”
Namun, dinyatakan bahwa Mgr Saklil menolak menjelaskan lebih lanjut kasus-kasus dimaksud.
Seorang umat, yang meminta namanya tidak ditulis karena takut terjadi polemik dengan umat lain mengatakan kepada ucanews.com, situasi di keuskupan agung tersebut memang tidak kondusif selama beberapa tahun terakhir, yang memicu keterbelahan di kalangan imam maupun umat.
Salah satu kasus, kata sumber tersebut, termasuk suspensi terhadap dua orang imam diosesan pada tahun lalu yang sempat menimbulkan gerakan perlawanan dari sekelompok umat yang membela kedua pastor tersebut.
“Ia (Uskup Nico) dianggap menerapkan model top-down dan mengambil kebijakan berdasarkan suka dan tidak suka. Ini terjadi bertahun-tahun. Ada ketidakpercayaan dari umat,” katanya.
Ucanews.com juga mengutip pernyataan beberapa orang awam yang menyuarakan keprihatinan mereka di media sosial, termasuk di YouTube.
Natilis Tikuk, seorang mantan pegawai keuskupan agung itu mengatakan dalam sebuah video yang diposting pada bulan Januari bahwa manajemen keuangan di bawah Uskup Nico morat-marit dan ia mengambil jarak dari orang asli Papua.
Sementara itu, ketika dikonfirmasi terkait kasus-kasus yang terjadi, Uskup Saklil mengatakan, kasus-kasus itu sebaiknya tidak diberitakan karena akan menjadi bahan provokasi bagi pihak tertentu.
“Bagi gereja, kita bukan mencari siapa benar atau salah, tetapi bisa saling memaafkan dan mencari solusi yangg terbaik demi kehidupan gereja yang katolik, satu, kudus dan apostolik,” katanya.
Ia mengajak seluruh umat untuk menerima kondisi ini dan taat pada keputusan Vatikan. “Apapun yang terjadi adalah kehendak Tuhan,” katanya.
BACA JUGA: Mgr Nicolaus Adi Seputra MSC, Turun Tahta Pasca 15 Tahun
Uskup Bunjamin menolak memberi komentar terkait hal ini. “Untuk sementara, saya no comment,” katanya kepada ucanews.com.
Mendapat Penolakan Sejak Awal
Sementara itu, salah seorang blogger di Kompasiana.com, menulis panjang lebar terkait hal ini, dalam ulasannya yang berjudul Masa Depan Gereja Katolik Papua Selatan setelah Pembebasan Tugas Mgr. Nicholaus Adi Seputra MSC.
Komentar