Katoliknews – Paroki Roh Kudus Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-47 dengan menggelar lomba “Torok Tae” —seni bertutur untuk menyambut tamu secara adat Manggarai— dan Story Telling dalam Bahasa Inggris dengan inspirasi cerita-cerita rakyat Manggarai.
Kegiatan ini berlangsung pada Jumat, 17 mei 2024 di aula paroki, melibatkan hampir semua Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Labuan Bajo. Masing-masing sekolah mengutus perwakilan dalam dua jenis lomba yang berbeda, bahkan ada sekolah yang mengirimkan lebih dari satu perwakilan sebagai bentuk antusiasime untuk menyukseskan perlombaan ini.
Stefanus Sahaba, ketua Seksi Pastoral Pariwisata dan Budaya Paroki Roh Kudus sekaligus ketua panitia kegiatan perlombaan, menjelaskan bahwa inisiatif untuk menyelenggarakan lomba ini didasari oleh semangat iman untuk mendukung Program Pariwisata Holistik yang dicanangkan Keuskupan Ruteng sejak tahun 2022 dengan moto utama: Berpartisipasi, Berbudaya dan Berkelanjutan.
“Pada kegiatan kali ini, kami fokus pada tema berbudaya melalui pengadaan lomba torok tae dan story telling berdasarkan inspirasi cerita rakyat Manggarai,” tegas Sahaba.
Perkembangan industri pariwisata, menurut Sahaba, di satu sisi membawa peluang dan kesempatan baru bagi masyarakat setempat, namun di sisi lain juga bisa membawa bencana, khususnya bagi budaya dan kearifan lokal yang menjadi ciri khas orang Manggarai.
“Kita tidak mau budaya yang menjadi bagian dari eksistensi kita orang Manggarai tergerus dan tergilas oleh budaya asing yang menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia pariwisata. Kita butuh generasi muda sebagai ahli waris dari warisan leluhur ini. Ini sangat penting sebab orang boleh mati, tetapi budaya harus tetap hidup selamanya,” pungkas Sahaba penuh semangat dalam sambutan pembuka kegiatan perlombaan.
Selain untuk memperkuat ketahanan budaya generasi muda, kegiatan perlombaan ini juga diinisiasi untuk merespons tren baru wisatawan asing yang berkunjung ke Labuan Bajo. Menurut data dari Dinas Pariwisata Manggarai Barat, dalam beberapa tahun terakhir ada kecendrungan wisatawan untuk menginap di home stay milik warga setempat daripada di hotel. Wisatawan ingin mengalami secara langsung keseharian masyarakat lokal dan menikmati hal-hal unik yang tidak mereka dapatkan di negeri mereka sendiri.
Kearifan lokal berupa makanan khas lokal, ceritera rakyat, musik tradisional, dan cara hidup sehari-hari masyarakat setempat merupakan hal baru dan menarik bagi para wisatawan. Dari beberapa hal ini, wisatawan sangat tertarik dengan ceritera rakyat setempat berupa fabel, legenda, dongeng maupun mitos.
“Para peserta lomba ini dipersiapkan untuk menjawab kebutuhan itu sehingga mereka bisa mendapat nilai tambah ekonomi dari keterlibatan mereka di bidang pariwisata. Demikian juga dengan Torok Tae. Hampir setiap hari ada rombongan wisatawan datang di Labuan Bajo dan kebanyakan travel agent selalu menyambut mereka secara budaya, dengan Torok atau Kepok. Untuk itu, lomba torok tae dan story telling ini diadakan hari ini,” ungkap Sahaba, yang juga merupakan inisiator kegiatan ini, di akhir sambutannya.
Untuk memperkuat pendasaran penyelenggaraan lomba ini, Siprianus Van yang berperan sebagai pemandu acara mengutip sebuah jargon populer, “Think globally, but act locally”, untuk menegaskan bahwa perkembangan pariwisata yang pesat di Labuan Bajo mesti mendorong masyarakat setempat untuk berpikir global, tetapi seluruh pemikiran dan pandangan hidup yang luas itu mesti diwujudkan secara berkebudayaan. Maka, perlombaan ini dibuat sebagai bentuk kepedulian dan keterlibatan Gereja Paroki Roh Kudus dalam mempersiapkan masyarakat lokal untuk berkiprah secara berkebudayaan di kancah pariwisata Labuan Bajo dan Manggarai Barat.
Dari hasil penilaian para juri, yang terdiri dari akademisi dan profesional, diputuskan tiga pemenang utama dalam dua jenis mata lomba ini. Untuk kategori lomba Torok Tae, Juara I diraih oleh utusan dari SMAN 1 Labuan Bajo; Juara II diraih oleh utusan dari SMKN 1 Labuan Bajo; dan Juara III diraih oleh utusan dari SMAK St. Ignatius Loyola. Untuk lomba story telling, juara I diraih oleh utusan dari SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II; Juara II diraih oleh utusan dari SMAK St. Ignatius Loyola; dan Juara III diraih oleh utusan dari SMKN 1 Labuan Bajo.
Berdasarkan usulan Pastor Paroki, RD Laurensius Sopang, peraih juara pertama lomba Torok Tae dipercayakan membawakan torok tae saat sesi persembahan misa kedua pada Hari Raya Pentakosta, sekaligus hari ulang tahun paroki yang didirikan tahun 1977 tahun dan kemudian tampil sebagai pembawa torok tae saat Festival Golo Koe, sementara juara pertama lomba story telling tampil pada acara hiburan Festival Golo Koe pada Agustus mendatang.
Kontributor: JDU, Labuan Bajo.
Komentar