Katoliknews.com – “Umat Katolik menikmati praktek kebebasan beragama, meski minoritas. Dan selama bertahun-tahun umat Katolik hidup harmonis dengan para saudara dan saudari mereka umat Budha.”
Pernyataan itu disampaikan Paus Fransiskus ketika bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Budha, Somdet Phra Maha Muneewong Ariyavongsagatayana yang ke-17 di Kuil Wat Ratchabophit Sathit Maha Simaram di Bangkok, Kamis, 21 November 2019.
Pertemuan kedua tokoh agama menurut Paus mengukuhkan komitmen Gereja Katolik untuk membuka dialog yang saing menghormati demi terciptanya perdamaian. Dengan demikian, tambah Paus berusia 83 tahun itu, kunjungan tersebut “merupakan bagian dari perjalanan untuk saling menghormati sekaligus sama-sama mengakui apa yang sudah dimulai oleh para tokoh kedua agama pada masa lalu
Berbagai media melukiskan pertemuan kedua tokoh sebagai sangat simbolik. Keduanya, duduk di depan patung Budha yang didirikan oleh Mantan Raja Thailand 150 tahun silam. Pemimpin Tertinggi Budha mengenakan jubah berwarna jingga tanpa mengenakan sepatu. Didampingi saudari sepupunya Sr. Ana Rosa Sivori, Paus menanggapinya dengan melepaskan sepatunya selama pembicaraan akrab antarmereka.
Kuil Budha yang sama pernah dikunjungi oleh Paus Yohanes Paulus II dalam kunjungannya ke negeri Gajah Putih itu pada 1984 lalu. Kunjungan paus kali ini bersamaan dengan 350 tahun pendirian “Misi Siam” yang menandai kunjungan pertama para misionaris Katolik dari Eropa pada abad ke-17.
Menanganggapi pernyataan Paus tentang komitmen Gereja Katolik, Pemimpin Tertinggi Budha yang ketujuh belas itu mengisahkan kembali kembali beberapa kunjungan persahabatan antara kedua tokoh agama.
Seperti dilansir Vaticannews.va, Pemimpin Tertinggi Budha yang bergear Ariyavongsagatanana IX mengenang kembali kunjungan bersejarah Paus Santo Yohanes Paulus II, 35 tahun silam, yang dikatakannya dia hadiri. Selain itu pemimpin agama, Raja Thailand pun pernah ke Vatikan; mengunjungi Paus Leo XII pada tahun 1897 , Paus Pius XI pada tahun 1934 dan Paus Yohanes XII pada 1960.
Karena itu, Muneewong mengatakan, dia berbicara tentang “suatu persahabatan yang mendalam dan abadi,” suatu langkah untuk “datang bersama-sama dalam semangat untuk memahami bersama dan kemitraan sederajat yang sederajat.”
Hingga kini umat Katolik Thailand menurut Kantor Berita AFP, berjumlah sekitar 388 ribu jiwa. Atau sekitar 0,58% dari seluruh populasi Thailand yang berjumlah 69 juta jiwa. Selain mengalami sedikit sekali diskriminasi, umat Katolik pun mengalami situasi yang bebas dari konflik. Secara umum, ada dua kelompok umat Katolik; umat perkotaan dan pedesaan. Yang terakhir bertambah menyusul tibanya banyak pengungsi Vietnam.
Pentingnya Persahabatan dan Dialog Antaragama
Sebelumnya, Paus juga menemui para pemimpin Pemerintahan Thailand. Menurut Paus, pertemuan itu menjadi “tanda penting dan mendesaknya upaya untuk mempromosikan persahabatan dan dialogi antaragama. Hadir pada pertemuan itu, Perdana Menteri Thailand, Jenderal Prayut Chan-o-cha dan Duta Besar Malaysia untuk Thailand Datuk Jojie Samuel.
Dalam pidatonya, orang tertinggi dalam Gereja Katolik itu mengatakan, sebagai sebuah negara multi-etnis dan beragam, Thailand sudah lama menyadari pentingnya upaya membangun eksistensi bersama yang harmonis dan penuh damai antara berbagai kelompok etnis. Sambil, menurut Paus, tetap memperlihatkan penghormatan dan penghargaan terhadap budaya, kelompok agama, pemikian dan ide-ide yang berbeda.
“Masa kita ditandai dengan globalisasi yang terlampau sering dilihat secara sempit dalam istilah-istilah ekonomi. Hal ini cenderung untuk menghapuskan perbedaan berbagai pernik yang membentuk keindahan dan jiwa masyarakat kita.”
“Namun, pengalaman tentang persatuan yang menghormati dan memberikan ruang bagi keragaman menjadi inspirasi. Sekaligus insentif bagi semua orang yang peduli soal dunia macam apa yang kita dambakan kita wariskan kepada anak-anak kita, “ tambah Paus lagi.
Selain itu, Paus menegaskan pentingnya komitmen pada pengembangan semua bangsa.
“Para sahabatku, hari ini, lebih daripada sebelumnya, masyarakat kita membutuhkan ‘orang-orang yang bersedia memperlihatkan sikap yang ramah,’ pria dan wanita yang berkomitmen pada pengembangan menyeluruh semua bangsa dalam suatu keluarga yang manusiawi yang berkomitmen untuk hidup secara adil, yang solider dengan semangat persaudaraan yang penuh harmoni,” katanya.
Dalam kunjungan ini, Paus juga akan mempersembahkan misa di Stadion Nasional Supachalasai.
Diperkirakan puluhan ribu umat Katolik berdatangan dari berbagai negara Asia Selatan. Paus juga memanfaatkan kunjungan ini untuk berbicara tentang para wanita dan anak-anak yang terluka, berbagai jenis eksploitasi, perbudakan, kekerasan dan pelecehan dan menyerukan “masa depan yang bermartabat” bagi kaum muda. Selain itu, Paus juga berbicara tentang perdagangan perempuan, migrasi, dll. Kunjungan Paus ke Thailand kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke Jepang. (Jacobus E. Lato)
Komentar