Katoliknews.com – Purwaji, Ketua Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda (GP) Ansor Riau mengisahkan pengalaman berkesannya saat bertemu langsung dengan Paus Fransiskus di Vatikan beberapa waktu lalu.
Ketika bersua dengan paus, katanya, mereka bercerita tentang kerukunan umat beragama di Indonesia dan Bapa Suci pun mengajak mereka untuk saling mendoakan.
“Paus juga menyampaikan bahwa kita semua bersaudara,” ujarnya.
Hal itu dikisahkan Purwaji saat berbicara dalam dialog keagamaan yang digelar di Paroki St. Paulus, Pekanbaru pada Senin, 4 November 2019.
Ia menjelaskan, pertemuan rombongan GP Ansor dengan Paus Fransiskus, yang terjadi pada 25 September merupakan bagian dari langkah menebar pesan perdamaian kepada siapun, dari latar belakang agama apun.
BACA JUGA: Ke Vatikan, GP Ansor Temui Paus Fransiskus
Dalam kunjungan itu, rombongan GP Ansor membawa misi mendukung dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama yang dideklarasikan Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Sheikh Ahmed el-Tayeb dalam pertemuan di Abu Dhabi pada Februari lalu.
Dokumen yang juga kini menjadi agenda utama yang dibahas dalam pertemuan tahunan Konferensi Waligerja Indonesia 4-11 November, menyuarakan pentingnya Kristen dan Muslim berkolaborasi demi perdamaian dunia.
Purwaji mengatakan, GP Ansor berkomitmen pada perdamaian, yang dilakukan tidak hanya dengan pihak lain, tetapi juga di dalam organisasi mereka, dengan menekankan bahwa Islam adalah rahmatali lil ‘alamin atau cinta damai.
Ia menambahkan, Banser NU yang memiliki ribuan anggota juga berada di garis depan dalam menjaga NKRI.
“Kami selalu berupaya menebarkan pesan perdamaian lewat berbagai aktivitas dan kegiatan. Kami selalu menjaga toleransi antarumat beragama,” terangnya.
Sementara itu, Romo Henrikus Ngambut Oba Pr, Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Keuskupan Padang, mengatakan, dalam rangka membina hubungan yang baik dengan umat agama lain, termasuk Islam, umat Katolik harus menjaga hati yang bersih.
Salah satu hal yang juga penting saat ini, jelasnya, tidak menyebarkan kabar bohong di media sosial.
“Jangan sebar berita yang tidak jelas kebenarannya,” ujar Romo Henrikus, yang melihat kabar bohong sebagai salah satu hal yang bisa memperuncing relasi antaragama.
Komentar