Katoliknews.id — Pastor Paroki Roh Kudus Labuan Bajo RD Lorens Sopang dalam misa pemberkatan rumah keuskupan baru Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat, NTT Rabu (16/10/2024) menyampaikan, rumah keuskupan yang baru diresmikan adalah simbol tanggung jawab yang besar bagi uskup dan para pembantunya. Karena, uskup dan imam-imam pembantunya adalah Alter Christus atau Kristus yang lain.
Dalam khotbahnya, ia menyampaikan bahwa jika mau membangun rumah yang kokoh maka rumah itu harus menjadi simbol kekuatan dan kehadiran Allah di dalamnya.
Dalam rumah kediaman uskup ini mengandung simbol-simbol, yakni pertama simbol tanggung jawab. Hal ini ditunjukkan pada saat uskup memakai mitra sebagai tanda imam agung dan cincin artinya simbol nikah dengan Gereja-Nya.
“Sedangkan salib mewakili panggilan untuk mewartakan ajaran Kristus dan memiliki staff yang melambangkan kepeimpinan dan bimbingan spiritual,” jelas Romo Lorens, sapaannya.
Romo Lorens mengatakan, kedua: simbol iman, di mana uskup pada saat salve agung mengungkapkan syahadat para rasul sebagai tanda bahwa ia akan taat kepada Gereja Katolik yang kudus dan apostolik.
Oleh karena itu, iman merupakan keyakinan akan Tuhan dan ajaran-Nya. Ketiga, simbol harapan artinya keyakinan bahwa Tuhan selalu menyertai dan memiliki rencana baik untuk hidup manusia. Dalam situasi sulit ini harapan memberikan manusia kekuatan untuk terus melangkah.
“Oleh sebab itu, sebesar apa pun tantangan dalam hidup, Tuhan selalu menyertai asalkan kita mau percaya,” ujarnya.
Keempat, simbol kasih artinya kasih puncak dari segala kebajikan dimana Tuhan mendorong manusia untuk melayani sesama mencipatakan hubungan yang harmonis. Kasih itu menunjukkan cerminan kasih Allah kepada dunia.
Ia mengatakan, rumah keuskupan Labuan Bajo yang baru ini, adalah simbol kasih yang diwujudkan melalui pelayanan dan pengabdian kepada sesama khususnya mereka yang membutuhkan. Kasih yang dilakukan oleh keuskupan adalah kasih yang menjangkau semua masyarakat serta membangun jembatan antara yang kaya dan yang miskin dan antara yang kuat yang lemah.
Sementara Vikep Labuan Bajo RD Richardus Manggu dalam sambutanya menyampaikan selamat datang kepada Mgr. Maksimus Regus, uskup baru Keuskupan Labuan Bajo di rumah yang baru. Uskup Maksimus mulai bertugas secara resmi setelah tanggal 1 November 2024 mendatang.
Ia mengatakan, rumah keuskupan yang baru diresmikan itu adalah rumah, bukan istana.
“Saya katakan, ini adalah rumah karena di sana ada kehangatan, ada suka cita. Selain itu di sana ada harapan. Dalam rumah kita merasakan kegembiraan karena kita adalah saudara satu sama lain dan di dalam rumah kita merasa dilindungi karena Tuhan hadir dalam rumah kita. Dalam rumah kita boleh melayani satu sama lain. Karena kita manusia yang tidak terlepas dari orang lain,” katanya.
Senada, Uskup Labuan Bajo terpilih, Mgr. Maksimus Regus menyampaikan, ini adalah rumah keuskupan bukan istana keuskupan. Jika berbicara tentang rumah, ada dua hal penting dimana rumah tempat dari mana kita pergi dan ke mana kita akan kembali lagi.
Setelah kita pergi dan akan kembali ke rumah yang sama. Rumah itu bukan hotel, bukan tempat kita tinggal satu atau dua hari saja tetapi rumah adalah tempat kita memulai dan melakukan perjalanan dalam hidup ini.
Ia mengaku, rumah keuskupan ini merupakan tempat yang sangat indah, sangat megah, mewah dan juga terberkati. Sebelum rumah ini dibangun banyak para imam sering mengirim foto kepada dirinya berkaitan proses pembangunan rumah Keuskupan Labuan Bajo tersebut.
Ia tidak pernah membayangkan, kelak yang akan menempati rumah keuskupan Labuan Bajo adalah dirinya. Selain itu, dirinya tidak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan berakhir selamanya di Keuskupan Labuan Bajo.
“Ada orang yang pernah mewawancarai saya, tentang bagaimana perasaan saya setelah terpilih menjadi uskup di Labuan Bajo. Secara spontan, saya menjawab bahwa saya seperti di rampok. Saya dirampok dalam tempo yang sesingkat-singkatnya dan setelah saya merenungkan, bahwa inilah rencana Tuhan dalam hidup saya. Oleh karena itu, rumah keuskupan ini adalah representasi Gereja, representasi umat, dan komunitas Gereja Keuskupan Labuan Bajo,” ungkapnya.
Ke depannya, kata Mgr Maksi Regus, Rumah Keuskupan Labuan Bajo menjadi rumah transit para imam yang datang dan kunjung ke Labuan Bajo. Diharapkan para imam yang datang untuk tidur di rumah keuskupan ini.
Selain itu, rumah keuskupan ini juga menjadi rumah transit para uskup dan para imam dari keuskupan-keuskupan seluruh Indonesia yang datang ke Labuan Bajo.
“Sebelum mereka ke hotel, pertama mereka harus singgah di rumah keuskupan ini dulu. Rumah keuskupan ini diharapkan menjadi oase spiritual dan rohani. Menikmati suasana rohani, suasana spiritual serta menjadi tempat orang untuk berziarah dan menemukan Tuhan di rumah keuskupan ini,” ujar Mgr. Maksimus.
Mgr. Maksimus mengatakan, rumah keuskupan ini juga, selalu terbuka kepada semua orang yang ingin berbagi cerita bersama. Keuskupan Labuan Bajo sebagai gerbang Pulau Flores harus benar-benar bertumbuh sebagai tanda keselamatan atau kehadiran Tuhan bagi dunia, bagi kemanusiaan sebagaimana moto tahbisan dirinya, yaitu keselamatan melalui Yesus.
“Rumah ini adalah simbol kebersamaan, kehadiran, perutusan dan simbol misi kita” katanya.
Sementara Sekertaris Daerah (Sekda) Manggarai Barat Fransiskus Sales Sodo yang hadir dalam perayaan itu menyampaikan, profisiat dan rasa bangga atas penetapan Keuskupan Labuan Bajo menjadi keuskupan termuda di dunia.
“Kami bangga, karena kami merupakan bagian dari sejarah terbentuknya Keuskupan Labuan Bajo. Kehadiran Keuskupan Labuan Bajo saat ini menjadi momentum yang bermakna karena di saat yang sama Labuan Bajo ditetapkan sebagai daerah pariwisata super premium,” katanya.
Ia menyampaikan, sebagai pemerintah tentunya, tidak bisa bekerja sendiri dan kehadiran keuskupan menjadi mitra terbaik pemerintah daerah untuk membangun daerah ini.
“Kami tahu, keuskupan memiliki struktur yang sangat kuat. Kami yakin dan percaya kerja sama pemerintah dan keuskupan semakin mengakar dan semakin baik. Pemerintah juga berharap ada kemitraan stakeholder yang kuat termasuk Gereja sebagai komponen untuk membangun Manggarai Barat yang lebih baik,” harap Fransiskus Sodo.*
Vinsen (Kontributor Labuan Bajo)
Komentar