Katoliknews.com – Seorang mantan imam di Timor-Leste yang sedang menjalani sidang kasus dugaan pelecehan seksual dituding mengancam membunuh pengacara yang mendampingi para terduga korban.
JU,S Jurídico Social, lembaga yang mewakili 17 korban dalam kasus ini menyatakan ancaman itu disampaikan secara langsung oleh mantan imam Richard Daschbach kepada salah satu pengacara mereka, Bárbara Oliveira. di sela-sela sidang di Pengadilan Negeri Oecusse pada 13 Juli.
Mereka menyatakan, mantan imam SVD kelahiran Amerika Serikat itu menyampaikan ancamannya saat kembali dari toilet dan berdiri di dekat Oliviera yang sedang duduk di ruang tunggu pengadilan.
“Daschbasch…. berdiri tepat di depannya sementara dia (Oliviera) tetap duduk. Pada jarak sekitar 1,5 – 2 meter, (ancaman) diucapkan dengan jelas dalam Bahasa Inggris, ‘Barbara, kamu tahu kami akan membunuhmu,’” demikian pernyataan JU,S.
Lembaga tersebut menyatakan, ancaman itu disaksikan langsung oleh seorang polisi dan Oliveira telah membuat laporan resmi.
“JU,S telah diberitahu bahwa polisi akan secara aktif memantau situasi dan memperkuat upaya keamanan untuk memastikan bahwa anggota JU,S dapat melanjutkan pekerjaannya,” demikian pernyataan JU,S.
Karena Oliveira adalah warga negara Brasil dan Portugis, kedutaan kedua negara itu juga telah diberitahu tentang ancaman ini.
Seorang sumber yang dekat dengan para teduga korban pelecehan mengatakan ini adalah rentetan ancaman yang menyasar Oliviera setelah sebelumnya ancaman dilakukan via online.
Sumber itu mengatakan Oliviera “telah bekerja dengan para korban selama hampir tiga tahun.”
“Terlepas dari semua yang sekarang kita ketahui dan pahami tentang sifat asli Richard Daschbach, saya masih terkejut mendengar tentang ancaman ini,” kata sumber itu kepada UCA News, media Katolik Asia.
“Bahwa dia akan mengancam akan membunuh seseorang secara terbuka di gedung pengadilan cukup memberi tahu kita semua; dia tidak akan berhenti untuk membungkam korbannya,” tambah sumber itu.
Miguel Faria, pengacara Daschbach mengatakan kepada kantor berita Portugal Lusa bahwa ia tidak tahu terkait ancaman itu karena sedang berada dalam ruangan sidang.
Ancaman ini telah mendorong banyak orang terjun ke media sosial menyatakan dukungan kepada terduga korban pelecehan seksial dan JU,S.
Dascbhach, 84, dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap gadis-gadis di Rumah Singgah Topu Honis di Kutet, Oecusse, yang ia dirikan pada 1993. Ia juga didakwa dengan pornografi anak dan kekerasan domestic, di mana dia menghadapi ancaman hukuman hingga 20 tahun penjara jika terbukti bersalah. Dia juga sedang dicari di Amerika Serikat karena dugaan penipuan.
Sidang kasus ini dimulai kembali sejak 5 Juli dan diharapkan bisa berakhir pada 30 Juli, setelah serangkaian penundaan karena Daschbach menggunakan pembatasan sosial Covid-19 sebagai alasan untuk tidak muncul di dalam sidang.
Meskipun dia dipecat oleh Vatikan pada tahun 2018 setelah “penyelidikan mendalam” di mana dia dinyatakan telah mengakui kejahatannya, dia terus menikmati dukungan di negara mayoritas Katolik itu, di mana banyak yang masih menganggapnya sebagai pahlawan karena membantu memperjuangkan kemerdekaan dari Indonesia.
Pendukungnya juga telah menggunakan media sosial untuk melancarkan serangan terhadap terduga korbannya dan sejumlah lembaga yang mengadvokasi mereka, termasuk juga kejaksaan negara itu.
Salah satu pendukungnya adalah Mantan Perdana Menteri dan Mantan Presiden Xanana Gusmao yang dalam pernyataannya pada 12 Juli menuding adanya berbagai upaya manipulasi dalam kasus ini.
Komentar