Katoliknews.com – Pemerintah Provinsi Jakarta dalam kerja sama dengan sejumlah lembaga, termasuk Gereja Katolik, merilis buku panduan bagi agama-agama agar mengambil bagian dalam upaya mengatasi krisis ekologi, termasuk menyiapkan panduan khotbah bagi tokoh agama.
Dirilis baru-baru ini, buku-buku itu diterbitkan dalam kerja sama dengan Yayasan ICLEI-Local Governments for Sustainability Indonesia, dengan melibatkan tokoh perwakilan dari enam agama yang diakui negara, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hucu.
Buku-buku itu terdiri dari tiga seri, yakni perspektif enam agama terkait manusia dan perubahan iklim, panduan umum rumah ibadah yang ramah terhadap lingkungan dan buku saku khotbah untuk masing-masing agama.
“Buku-buku ini akan dicetak dan disebarluaskan ke masing- masing tokoh agama dan rumah ibadah untuk menjadi pegangan mereka,” kata Gubernur Anies Rasyid Baswedan dalam kata pengantarnya.
Ia mengatakan, buku-buku ini diharapkan memberikan pemahaman yang baik terkait isu perubahan iklim di kalangan umat beragama sehingga seluruh umat beragama dapat secara aktif menjadi bagian dari gerakan mendukung pembangunan rendah emisi dan adaptif terhadap dampak perubahan iklim yang terjadi di Jakarta.
“Buku ini akan mengeratkan tangan kita dalam berkolaborasi bersama untuk menyelamatkan Jakarta dan bumi kita ini,” katanya.
Secara khusus, kata dia, semoga kolaborasi ini bisa mencapai National Determined Contribution (NDC) 2030, yang sudah ditargetkan sebesar 30 persen.
“Yang tidak kalah penting, semua ikhtiar ini menjadi bagian dari mewariskan lingkungan yang lebih baik untuk anak-cucu dan generasi mendatang,” katanya.
Pastor Yohanes I Wayan Marianta, SVD, perwakilan dari Gereja Katolik yang ikut dalam penyusunan buku ini menegaskan pentingnya peran umat Katolik untuk berkontribusi demi menanggapi masalah perubahan iklim.
Materi yang ia uraikan banyak merujuk pada ensiklik Paus Fransiskus “Laudato Si” yang menekankan tanggung jawab bersama untuk mengatasi berbagai bentuk krisis ekologis, termasuk ancaman perubahan iklim.
“Bumi adalah rumah kita bersama. Karena itu, Paus mengundang semua orang yang berkehendak baik untuk berdialog tentang masa depan planet bumi dan peradaban manusia yang terancam oleh krisis ekologis,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa di kalangan Gereja Katolik sendiri, sudah ada sejumlah langkah konkret yang diambil untuk mengatasi masalah lingkungan, termasuk paroki-paroki yang melakukan pengolahan sampah sendiri, yang diharapkan bisa dikembangkan dalam skala yang lebih luas.
Sementara itu, Pastor Peter Kurniawan Subagyo OMI, penasehat organisasi Pemerhati Peduli Lingkungan Hidup, yang dibentuk oleh aktivis Lingkungan Hidup di Keuskupan Agung Jakarta mengatakan, melibatkan agama-agama dalam mengatasi masalah lingkungan menjadi penting agar aksi menyelamatkan bumi ini bisa menggerakan beragai pihak, hingga di level akar rumput.
“Isi buku-buku ini sungguh berbobot dan disiapkan secara seksama oleh Romo Yohanes I Wayan Marianta, SVD,” katanya.
Ia berharap buku-buku ini “akan menjadi pegangan dan bahan inspirasi untuk para pastor, guru, katekis dan juga umat secara umum.”
Buku ini terbit di tengah fakta memburuknya krisis lingkungan di Jakarta, di mana menurut Air Vsiual pada Agustus 2019, polusi udara di Jakarta menjadi yang ketiga terburuk di dunia.
Selain itu, masalah krusial lain adalah sampah, di mana tempat akhir pembuangan sampah dari Jakarta yang ada di Bantar Gebang, Bekasi, pinggiran Jakarta, dengan kapasitas 40 juta ton, diperkirakan hanya bisa menampung hingga 2021.
Komentar