Katoliknews.com – Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahwa sudah menjadi kewajiban setiap umat beragama untuk betul-betul mampu memaknai agama pada esensi dan substansi sesungguhnya, yaitu agama yang memanusiakan manusia.
“Jangan justru malah sebaliknya. Kita beragama, tetapi justru malah merendahkan harkat martabat kemanusiaan kita. Apalagi menghilangkannya,” kata Lukman, usai acara Peluncuran Awal Sembilan Gedung Baru Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa, 15 Oktober 2019.
Lukman mengatakan, beragama seharusnya membuat kita semakin inklusif dan semakin mengayomi.
“Termasuk semakin bisa hidup bersama di tengah keberagaman, di tengah kemajemukan. Bukan justru semakin beragama semakin eksklusif. Tidak ada agama yang mengajarkan eksklusivisme yang sangat mementingkan berorientasi pada dirinya sendiri, atau kelompoknya sendiri,” kata Lukman seperti dikutip Kompas.id.
Pernyataannya itu menanggapi pertanyaan media terkait penyerangan terhadap Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto di Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis, 10 Oktober lalu yang diduga dilakukan anggota kelompok teroris.
Menurut Lukman, semua pihak harus bisa menarik pelajaran atau hikmah di balik peristiwa itu.
“Selain meningkatkan kewaspadaan, semua pihak mulai dari kaum cerdik cendikia, para ulama, akademisi, tokoh-tokoh, dan masyarakat untuk lebih gencar menggaungkan moderasi beragama yakni beragama yang moderat yaitu beragama yang tidak berlebih-lebihan, atau ekstrem,” kata Lukman.
Ia pun mengajak pergurun tinggi keagamaan Islam termasuk UIN Mataram, untuk mengambil peran dalam menjaga nilai-nilai keberagamaan yang diwariskan para pendahulu.
“Pergurun tinggi keagamaan Islam tidak hanya semata sebagai wadah melanjutkan jenjang bagi kaum santri yang mengenyam pendidikan di pondok pesantren atau madrasah-madrasah, tetapi juga memiliki fungsi dan tanggung jawab mengawal, menjaga, memelihara, dan merawat kehidupan beragama yang senantiasa demokrat,” katanya.
Perguruan tinggi keagamaan Islam, kata Lukman, diperlukan untuk memastikan bagaimana nilai-nilai Islam yang diyakini sempurna, bisa dipahami dan diimplementasikan sebaik-baiknya sesuai dengan situasi dan kondisi kekinian dan antisipasi masa yang akan datang.
“Dengan begitu, kita bisa menyikapi keragaman, kemajemukan, berbagai pandangan, dengan bijak sehingga tidak terperosok atau terjerumus pada bentuk pangalaman yang berlebih-lebihan,” kata Lukman.
Komentar