Katoliknews.com – Demi memaksimalkan perhatian khusus kepada warga miskin, Gereja Katolik di Banglades mendirikan sebuah rumah sakit yang dikhsususkan bagi mereka.
Mengamabil nama Rumah Sakit St. Yohanes Vianney, rumah sakit itu yang didirikan di Dhaka memiliki 20 tempat tidur.
Rencananya, rumah sakit itu mulai beroperasi pada bulan November.
“Gereja tidak memiliki rumah sakit di Dhaka di mana ada banyak orang miskin mencari bantuan medis tetapi sering dieksploitasi di rumah sakit secara psikologis dan keuangan,” kata Pastor Kamal Corraya, direktur eksekutif rumah sakit itu, seperti dikutip oleh Ucanews.com, media Katolik Asia.
Ke depannya, rumah sakit itu ditargetkan memiliki 200 tempat tidur dan menawarkan berbagai layanan medis yang lebih banyak, kata imam itu.
Dokter Edward Pallab Rozario, mantan sekretaris Komisi Kesehatan Para Uskup mengatakan bahwa Kardinal Patrick D’Rozario dari Dhaka membentuk tim beranggotakan tujuh orang untuk mendirikan rumah sakit itu.
“Rumah sakit ini adalah prakarsa Konferensi Waligereja Bangladesh dan didanai oleh Keuskupan Agung Dhaka,” kata Rozario, kepala proyek kesehatan di Caritas Banglades.
Sebagai bagian dari upaya menambah pengetahuan tentang rumah sakit, tim mengunjungi berbagai rumah sakit yang dikelola gereja di negara tetangga India bulan lalu, kata Rozario.
“Rumah sakit ini adalah sebuah karya amal dan sebagian besar pasien harus membayar biaya token. Ini akan menawarkan layanan gratis kepada mereka yang sangat miskin yang tidak mampu membayar apa pun,” tambahnya.
Hanya ada sekitar 600.000 orang Kristen di Banglades yang memiliki populasi 160 juta, di mana Muslim adalah mayoritas. Kebanyakan orang Kristen adalah Katolik dan mereka tersebar di delapan keuskupan Katolik.
Meskipun merupakan minoritas yang sangat kecil, umat Kristen sangat dihormati atas kontribusi mereka dalam bidang pendidikan, kesehatan dan pembangunan di tengah masyarakat miskin dan terpinggirkan.
Gereja di Banglades mengelola empat rumah sakit dan 66 klinik kesehatan serta apotik, kebanyakan menyediakan layanan berbiaya rendah bagi orang-orang di daerah pedesaan.
Komentar