Untuk pertama kalinya setelah ada kesepakatan sementara antara China dan Vatikan pada tahun 2018 yang salah satu poinnya adalah terkait penunjukkan uskup, seorang uskup di negara yang dimpimpin partai komunis itu ditahbiskan.
Dikutip dari media Katolik Asia, ucanews.com, uskup berusia 54 tahun Mgr Anthony Yao Shun ditahbiskan pada 26 Agustus di Katedral Santa Maria Ratu Rosari, Keuskupan Jining.
Mgr Paul Meng Qinglu, Uskup Hohhot yang merupakan wakil ketua Asosiasi Patriotik Katolik China (CCPA), organisasi Katolik yang diakui pemerintah memimpin upacara pentahbisan.
Ia didampingi Uskup Bameng, Mgr Matthias Du Jiang; Uskup Taiyuan, Mgr Paul Meng Ningyou dan Uskup Ningxia, Mgr Joseph Li Jing.
Dalam upacara itu, dibacakan juga surat berisi pengakuan dari Konferensi Waligereja China (BCCCC), organisasi Gereja Katolik bawah tanah.
Isinya menyatakan bahwa Uskup Yao telah dipilih “menurut tradisi pemilihan uskup oleh Gereja Suci dan peraturan BCCCC.”
“Setelah verifikasi dan pemilihan sah, kami memberikan pengakuan resmi sekarang. Calonnya diakui paus,” demikian menurut surat itu.
Upacara itu dilaporkan dijaga oleh aparat keamanan pemerintah, yang dihadiri lebih dari 120 imam, 50 biarawati dan 1.000 umat Katolik.
Uskup Yao adalah mantan vikjen keuskupan itu yang memiliki sekitar 70.000 uma dan dilayani oleh 31 imam serta 12 biarawati.
Meskipun ia adalah uskup pertama yang ditahbiskan sejak kesepakatan China-Vatikan yang ditandatangani pada September 2018, Uskup Yao secara rahasia diakui oleh Vatikan sejak 2010.
Sekitar 20 calon uskup telah diakui Vatikan dan sedang menunggu pengangkatan mereka setelah diakui oleh pemerintah China.
Uskup Yao ditahbiskan sebagai imam diosesan tahun 1991. Ia belajar liturgi di St. John’s University di New York dan kembali ke keuskupan itu tahun 2010.
Pencalonan dan penugasan para uskup telah menjadi masalah kunci dalam hubungan Vatikan-China selama beberapa dekade. Gereja Katolik menegaskan bahwa para uskup ditunjuk oleh paus namun pemerintah China mempertahankan bahwa tidak boleh ada campur tangan asing dalam urusan internal China.
BACA: Meninggal di Usia 92 Tahun, Uskup di China Pernah Tiga Kali Ditangkap dan Dipenjara Lebih dari 20 Tahun
Isi lengkap perjanjian sementara antara China-Vatikan hingga kini tidak diungkap ke publik. Namun, menurut sejumlah pakar terkait Vatikan menyebutkan bahwa, dalam kesepakatan yang ditandatangani setelah melalui proses negosiasi yang penjang itu pemerintah China dilibatkan dalam proses penunjukkan uskup.
Berdasarkan usulan dari Gereja Katolik di China, pemerintah kemudian memberi penilaian terhadap kandidat dan dikirimkan ke Vatikan melalui saluran diplomatik.
Takhta Suci kemudian akan melakukan penyelidikan sendiri terhadap kandidat sebelum paus menyatakan sikapnya, setuju atau menolak.
Komentar