Katoliknews.com-Konferensi Para Uskup Filipina berjanji menghentikan investasi “energi kotor” seperti di bidang pertambangan, termasuk di antaranya adalah di industri batu bara.
Para uskup di Filipina berjanji untuk menghentikan investasi pada “energi kotor” seperti pembangkit listrik tenaga batu bara.
Keputusan itu dibuat dalam rapat pleno dua tahunan para uskup yang berakhir awal pekan ini.
Pastor Edwin Gariguez, sekretaris eksekutif bidang aksi sosial Konferensi Para Uskup mengatakan, para uskup sebaliknya akan menempatkan uang gereja di bidang sumber energi terbarukan.
Namun, imam itu mengatakan kepada ucanews.com bahwa itu akan menjadi proses yang panjang karena ada prosedur hukum yang harus diikuti.
Divestasi dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan energi kotor adalah satu dari 10 poin aksi yang disampaikan oleh Pastor Gariguez kepada para uskup sebagai bagian dari kampanye untuk mempromosikan ensiklik Laudato si.
Dia mengatakan Vatikan telah bertanya kepada para pemimpin gereja Filipina apa yang telah mereka lakukan dalam menanggapi tantangan yang ditetapkan oleh ensiklik Paus Fransiskus itu tentang lingkungan.
“Saya memberi tahu para uskup bahwa kita perlu membuat surat pastoral tetapi harus disertai dengan poin-poin tindakan karena kita perlu ‘menjalankan apa yang dibicarakan,’” kata Pastor Gariguez.
“Kami membutuhkan tindakan nyata sehubungan dengan tantangan Laudato si,” tambahnya.
Setidaknya empat uskup yang keuskupannya memiliki investasi batu bara berjanji untuk segera melepaskan saham mereka.
Awal tahun ini, ucanews.com mendapat informasi adanya pembicaraan di keuskupan-keuskupan untuk mencaput hak kepemilikan mereka dalam energi kotor, termasuk investasi dalam pertambangan.
Beberapa keuskupan dan kongregasi religius yang dahulunya memiliki investasi besar dalam minyak dan pertambangan, termasuk Keuskupan Agung Manila, melepaskan saham mereka pada awal 2014.
Uskup San Carlos di Filipina tengah mengatakan, ada kebutuhan untuk menanggapi tantangan mendesak perubahan iklim.
Prelatus itu mengungkapkan bahwa konferensi para uskup akan mengeluarkan surat pastoral yang akan menyajikan penilaian terhadap situasi lingkungan “dan beberapa poin tindakan yang sangat konkret.”
Uskup Alminaza mengatakan poin aksi, yang harus diperkenalkan, sudah lama ditunggu.
“Seluruh [konferensi para uskup], bertindak sebagai satu badan kolegial, tidak hanya membuat panggilan tetapi juga berkomitmen untuk ‘menjalankan apa yang dibicarakan,’” kata prelatus itu.
“Sebagai orang Kristen Katolik Filipina, kita perlu memastikan bahwa kita tidak hanya menjadi kaya dengan mengorbankan lingkungan kita dan kesehatan serta kelangsungan hidup anak-anak dan cucu kita.”
Filipina dikenal sebagai satu negara dengan konsumsi batu bara yang besar, di mana batu bara memiliki kontribusi tertinggi terhadap pembangkit listrik sebesar 44,5 persen pada 2015, menurut data pemerintah.
Permintaan lokal untuk batubara tidak terbatas pada pembangkit listrik. Pada 2015, industri semen menggunakan 15,22 persen dari pasokan batubara negara itu, sementara 5 persen untuk industri lain seperti alkohol, peleburan logam, sepatu bot karet, pabrik kertas dan bahan kimia, produksi pupuk dan proses smelting.
Sebuah laporan yang dirilis oleh Greenpeace pada tahun 2016 mengungkapkan bahwa diperkirakan ada 2.410 kematian prematur di Filipina setiap tahun akibat stroke, penyakit jantung iskemik, penyakit kardiovaskular lainnya, dan penyakit pernapasan akibat polusi terkait batu bara.
Sumber: ucannews.com/katoliknews.com
Komentar