Katoliknews.com – Terik panas masih terasa siang itu, Kamis 11 Juli 2019 di kompleks Gereja Santo Gregorius Agung Jambi, meski berada di bawah tenda terpal.
Puluhan orang tampak duduk rapi di atas kursi plastik.
Di sisi lain kompleks, beberapa ibu yang mengenakan pakaian kebaya dan rambut bersanggul tengah menggendong anaknya.
Mereka sebentar-sebentar berdiri sambil mengipas-ngipaskan selendang.
Mereka yang duduk di sana tampak fokus menatap layar televisi, menyaksikan pentahbisan imam baru Keuskupan Agung Palembang, RD Antonius Manik.
Suara khotbah pentahbis, Uskup Agung Palembang, Mgr Agung Mgr Aloysius Suharso SCJ dari dalam gereja, terdengar dari speaker di samping televisi dan ujung tenda.
Pesan Uskup Agung
Seperti sebuah hari kelahiran baru, begitulah kalimat yang disampaikan Mgr Aloysius Sudarso SCJ, di hadapan umat yang hadir terkait pentahbisa, “ada yang datang bersuka cita.”
Pentahbisan, sambungnya, juga diibaratkan sebagai hari yang baru, seperti pagi hari yang disambut burung berkicau, ayam berkokok dan suasana sejuk.
Namun, jelasnya, setelah itu, imam baru harus menempuh hidup berpanas-panasan.
“Imam harus berjuang bersama umat, berpanas terik, membawa Kristus di perjuangan ini. Semoga hari ini membawa berkah bagi semua umat di keuskupan ini,” ujarnya seperti dilansir jambi.tribunnews.com.
Sementara itu, RD Antonius Manik menyampaikan rasa syukurnya karena upacara pentahbisan imam merupakan pertama kali dilaksanakan di Paroki Santo Gregorius Agung Jambi.
“Saya bersyukur karena ditahbiskan di paroki asal saya. (Ini) tahbisan perdana di paroki ini. Ini bersejarah dalam hidup saya,” ujar imam yang pernah menempuh sekolah di SMP Muhammadiyah Sungai Bahar tahun 2003-2005 ini.
Ia pun mengatakan masih banyak orang hebat dan berbakat dari dirinya, namun Tuhan memanggilnya untuk menjadi Imam.
“Ini bukan prestasi, tapi Tuhan memberikan anugerah dalam kehidupan saya. Ini berat tetapi akan terasa ringan jika bapak ibu mau bekerjasama dan mendoakan saya,” ujarnya.
Disambut Empat Tarian
Usai menjalani upacara pentahbisan, RD Antonius Manik yang pernah menempuh sekolah di SMP Muhammadiyah Sungai Bahar tahun 2003-2005 ini berjalan keluar gereja untuk ikut bersama jemaat yang hadir makan bersama.
Sepanjang perjalanan, dia didampingi orangtuanya.
Imam yang dikenal ramah ini pun dihadiahi cinderamata empat komunitas suku di gereja tersebut, yakni Tionghia, Jawa, Batak dan Flores.
RD Antonius Manik sesekali terlihat ikut menggoyangkan tangannya menikmati tarian dan disambut meriah para jemaat.
Ketua Panitia Pentahbisan , Isa Maranata, mengatakan empat tarian dan cinderamata tersebut merupakan perwakilan dari empat etnis umat Gereja Katolik Santo Gregorius Agung Jambi.
“Hari ini pentahbisan dari diakon menjadi imam penuh. Tanggung jawab sebagai imam selanjutnya untuk menggembalakan umat di parokinya,” ujarnya.
RD Antonius Manik, menurut Isa Maranata, merupakan orang yang supel dalam pergaulan. Ia juga dikenal dekat dengan umat.
“Dalam berkomunikasi, dia masuk ke semua kalangan, ia bisa mengikuti perkembangan zaman,” pungkasnya.
Komentar