Katoliknews.com – Sebuah pengadilan di India meminta polisi untuk berhenti mengambil tindakan lebih lanjut terhadap Kardinal Oswald Gracias dari Keuskupan Agung Bombay dan dua uskup pembantunya dalam sebuah kasus di mana mereka dituduh tidak memberi tahu pihak berwenang mengenai kasus pelecehan seksual yang dilakukan seorang imam.
Pastor Lawrence Johnson ditangkap pada tahun 2016 atas tuduhan pelecehan seksual terhadap seorang anak laki-laki.
Keluaraga anak itu dilaporkan bertemu dengan Kardinal Gracias pada 30 November 2015, hanya beberapa jam sebelum ia dijadwalkan berangkat ke Roma.
Gracias menyatakan bahwa ketika dia tiba di Roma, dia meminta Uskup Auksilier John Rodrigues untuk melapor kasus itu kepada pihak berwenang sesuai dengan Undang-Undang-undang Perlindungan Anak dari Pelecehan Seksual (POCSO), tetapi keluarga sudah terlebih dahulu melaporkannya.
Uskup Auksilier lainnya, Savio Dominic Fernandes, juga disebutkan dalam pengaduan itu, meskipun dia berada di luar kota pada saat kejadian.
Sejumlah data menunjukkan bahwa keluarga korban menemui polisi pada 30 November 2015, membuat laporan resmi tak lama setelah itu, dan Pastor Lawrence Johnson ditangkap pada 2 Desember.
Pada awal tahun ini, keluarga korban menuduh kardinal tidak melaporkan kasus ini, dan Pengadilan Khusus POCSO yang dibentuk pada 2012, memerintahkan penyelidikan terhadap kardinal.
Pada tanggal 1 Juli, Pengadilan Tinggi Bombay mengatakan bahwa polisi tidak hanya menghentikan “tindakan paksaan” terhadap pimpinan gereja, tetapi juga meminta polisi dan keluarga untuk membuktikan secara tertulis tuduhan mereka bahwa kardinal dan dua uskup auksilier menutup-nutupi kasus ini.
“Kardinal Gracias telah melakukan apa pun yang ada dalam wilayah kewenangannya dan sebagaimana diamanatkan oleh Bab 19 dari Undang-undang POCSO,” jelas Joaquim Reis, pengacara Kardinal Gracias, setelah sidang, sebagaimana dikutip Crux.com.
“Kardinal Oswald Gracias sangat ingin membantu korban dan keluarganya. Kardinal Gracias menunjuk seorang imam yang mengunjungi rumah korban bersama dengan seorang utusan dari paroki dan bertemu ayah korban, [saat itu] ibu dan anak-anaknya pergi mengunjungi kerabat mereka, “kata Reis kepada Crux.
“Bahkan pada kesempatan itu, imam itu bertanya kepada ayah korban apakah mereka bisa membantu dia atau anaknya itu, tetapi imam diberitahu bahwa itu tidak perlu. Pastor itu juga memberi tahu sang ayah pada waktu itu, bahwa jika anak itu membutuhkan bantuan medis atau konseling, silahkan menghubungi dia,” lanjutnya.
“Banyak upaya lain dilakukan untuk menjangkau korban, tetapi keluarga menolak bantuan. Selanjutnya, kardinal mencoba dalam banyak kesempatan untuk menjangkau keluarga dan korban, tetapi mereka menolak untuk bertemu kardinal. Kardinal memahami rasa sakit mereka dan siap untuk memberikan korban dan keluarga korban semua bantuan,” kata Reis.
Kardinal Gracias merupakan Ketua Konferensi Waligereja India dan merupakan bagian dari panitia penyelenggara konferensi tingkat tinggil di Vatikan pada Februari lalu yang khusus membahas tentang langkah menyikapi kasus pelecehan seksual dalam gereja.
Kasus ini menjadi perhatian publik ketika dipublikasikan oleh BBC pada malam puncak konferensi itu.
Pada saat itu, keuskupan agung membantah keras laporan versi BBC terkait kasus itu dan menyatakan bahwa mereka sebelumnya telah mendirikan Corpus Fund untuk membantu umat paroki yang membutuhkan bantuan medis, dan bahwa perwakilan Keuskupan Agung Bombay, Pastor Lancy Pinto telah berbicara dengan seorang kerabat dari keluarga korban, memberi tahu mereka bahwa pihak keuskupan agung siap mendukung mereka sesuai kebutuhan.
Pinto juga mengunjungi rumah korban dan bertemu ayah korban, dan bertanya kepadanya apa yang bisa dilakukan oleh keuskupan agung – ayah korban mengatakan “tidak perlu,” demikian menurut pernyataan Keuskupan Agung Bombay pada Februari.
“Pastor Lancy juga memberi tahu sang ayah, pada waktu itu, bahwa jika anak itu memerlukan bantuan medis atau konseling, silahkan menghubungi dia (Pastor Lancy). Ayah korban berterima kasih kepada Pastor Lancy dan mengatakan kepadanya bahwa, untuk saat itu, mereka tidak membutuhkan bantuan,” demikian menurut pernyataan itu.
Pengadilan POSCO memerintahkan pihak berwenang untuk menyelidiki kasus ini pada bulan Mei, meskipun pengadilan itu menyatakan bahwa baik ayah korban maupun saksi lain sebelumnya tidak mengungkapkan fakta mengenai kurang kooperatifnya Kardinal Gracias dan dua uskup auksilier untuk melapor kasus pelecehan itu.
Reis mengatakan kepada Crux bahwa hanya ada satu hal yang diinginkan Keuskupan Agung.
“Kami berdoa memohon keadilan bagi kardinal dan para uskup, dan juga untuk korban.”
Komentar