Yogyakarta, Katoliknews.com – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin bersama Gubernur Daerah Khusus Ibukota Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono turut hadir pada pembukaan Asian Youth Day (AYD) 2017 di Yogyakarta. Pada kesempatan tersebut, keduanya turut memainkan permainan tradisional othok-othok bersama sebagai tanda pembukaan event pertemuan Orang Muda Katolik se-Asia ke-7 itu pada Rabu 2 Agustus 2017.
Ribuan peserta Asian Youth Day dari berbagai negara juga turut memainkan alat permainan itu secara serentak mengikuti Menteri Lukman dan Sultan, sehingga Gedung Jogja Expo Center yang menjadi tempat penyelenggaraan event itu pun menjadi meriah.
Othok-othok merupakan sejenis permainan tradisional dari pilah bambu diberi pengait dan dimainkan dengan cara diputar berulang ulang sampai menghasilkan bunyi ‘othok-othok’.
Lukman menuturkan program Asian Youth Day ini merupakan ajang positif untuk mengajak generasi muda Katolik berbagai negara saling belajar dan berbagi pengetahuan tentang keberagaman budaya antar bangsa.
“Dari event ini para pemuda bisa belajar bahwa keberagaman itu sebuah keniscayaan yang tak bisa diingkari, tapi perlu disikapi dengan bijaksana,” ujar Lukman di sela acara pembukaan seperti diberitakan Tempo.co, Kamis, 3 Agustus 2017.
Menurut Lukman, pembelajaran tentang keberagaman penting tak hanya bagi agama Katolik saja namun juga agama lain karena setiap pemeluk agama memiliki ragam budaya berbeda sesuai asal usulnya.
“Indonesia menjadi model terbaik untuk mengetahui bagaimana keberagaman itu hidup turun temurun,” ujar Lukman.
Ia mencontohkan sebagai negara dengan umat Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki candi-candi Budha dan Hindu yang dijaga dan dirawat dengan baik.
“Dari event ini, Indonesia bisa menjadi contoh dunia bahwa keragaman bukan untuk saling menegasikan, menafikkan, merendahkan, bahkan meniadakan,” ujar Lukman.
Lukman pun menuturkan dari event Asian Youth Day, publik bisa belajar bagaimana agama hadir untuk merawat kemajemukan etnis, suku, ras dan budaa agar saling bersinergi satu dengan lainnya.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan event Asian Youth Day menjadi momentum untuk terus menghidupkan semangat toleransi yang menjadi wajah Indonesia sejak dulu.
“Toleransi itu soal hati dan pikiran sehingga bersifat subyektif, tergantung setiap orang,” ujar Sultan.
Uskup Keuskupan Agung Semarang Mgr. Robertus Rubyatmoko menuturkan selama event AYD berlangsung, 2-6 Agustus 2017, para peserta dari 22 negara diajak belajar mewartakan ajaran Injil tentang cinta kasih dalam konteks budaya masyarakat yang lebih plural.
AYD adalah perjumpaan orang muda Katolik se-Asia. Acara ini diselenggarakan tiap tiga tahun dan dihadiri kurang lebih 1000 sampai 3000 OMK yang mewakili berbagai negara di Asia.
Kegiatan yang pertama kali digelar di Thailand pada 1999 ini digagas oleh pembina OMK se-Asia dan disetujui oleh Federasi Konferensi Uskup-uskup se-Asia (FABC) di bawah kantor Komisi Keluarga dan Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) bagian kepemudaan.
AYD terdiri dari 3 acara besar yakni Day in the Diocese, Days in AYD’s Venue, dan Asian Youth Ministers’ Meeting (AYMM).
Days in AYD’s Venue diadakan selama 3-4 hari di Yogyakarta. Di sini, OMK mengikuti upacara pembukaan dan berbagai kegiatan lain, misalkan: sharing, refleksi, festival, Ekaristi, sakramen tobat, devosi, doa, dan lain-lain. Pada prinsipnya, kesempatan ini menjadi kesempatan orang muda Katolik meneguhkan sesama orang muda Katolik.
Sementara AYMM diselenggarakan selama 3 hari. Acara ini khusus bagi para Pembina OMK negara-negara Asia. Pesertanya yakni para uskup, pastor, awam yang terlibat dalam Komisi Kepemudaan tingkat nasional. Di bawah koordinasi Federasi Uskup-uskup se-Asia (FABC) (Kantor Awam dan Keluarga (Office Laity and Family), bagian Kepemudaan (Youth Desk) membahas evaluasi AYD, dan arah pembinaan OMK se-Asia.
j-aR/Katoliknews
Komentar