Katoliknews – Masa prapaskah yang diawali hari ini adalah masa sakral untuk instropeksi, yaitu untuk melihat kelemahaan kodrati kita; juga ksempatan bereflekai untuk menyadari kelimpahan rahmat ilahi yang luar biasa dalam hidup kita. Sering kali, kita cenderung mengikuti dorongan naluri, yang membuat kita menjadi kehilangan jati diri sebagai putra Allah; kita tenggelam dalam kseharian, lalu lupa akan Allah sebagai sumber hidup.
Maka Rabu Abu ini adalah saat pengakuan di mana kita ini lemah, mudah terjerembab dalam kesalahan. Karena itu, kita butuh rahmat agar kita mampu menyadari kesalahan kita dan memperbaikinya. Hari Rabu Abu juga adalah awal baru lagi bagi kita untuk menyelesaraskan diri dengan Allah, menyerahkan diri untuk pelayanan dan pengabdian pada masayarakat. Kita dapat melakukan hal tertsebut melalaui tindakan asketik, yakni puasa dan pantang; tindakan mistik, yaitu laku doa dan tapa; serta tindakan karitatif, yaitu amal dan kasih.
Nabi Yoel dalam bacaan pertama hari ini mengajak kita pertama-tama untuk bertobat batin yang menjadi dasar pertobatan fisik. Pertobatan batin itulah yang memperbaikai relasi kita dengan sesama. Karena cinta kepada Allah itu menuntut kasih kepada sesama. Motivasi pertobatan yaitu kita lakukan adalah karena kita menyadari bahwa betapa Allah mengasihi kita; betapa Allah yang berbelas kasih memanggil kita untuk kembali ke jalan-Nya; memanggil kita untuk saling mengasihi, karena hidup dalam kasih itulah yang paling membahagiakan. Maka yang perlu dikoyakan bukanlah pakaian, tetapi hati agar kita makin dekat kepada Tuhan dan makin terarah kepada-Nya.
Bagi Yesus, tindakan asektik, tindakan mistik, dan tindakan karitatif, jangan hanya menjadi hiasan belaka atau asesoris hidup, sekadar basa-basi; asal saya melakukannya. Akan tetapi, tindakan puasa itu harus menjadi usaha untuk mendekati dan berbakti kepada Allah. Orang berpuasa dan berpantang bukan untuk diri sendiri, tetapi supaya hati dan budinya makin selaras dengan kehendak Allah.
Orang melakukan tapa dan berdoa bukan untuk kesalehan pribadi, tetapi agar makin dekat dengan Bapa di surga sehingga ia mampu memancarkan kasih Allah dalam hidup sehari-hari bagi sesama dalam perkataan dan perbuatan. Orang melakukan tindakan amal atau berbagi sesuatu bukan untuk dipuji , tetapi agar hidupnya makin menjadi berkat dengan sesama. Itulah tobat yang dikehendaki Yesus dari umat-Nya.
Pada masa prapaskah ini kita hendak melakukan pertobatan dengan lebih intensif. Setiap hari kita diajak bertobat. Pertama, dalam tindakan pantang dan puasa. Pantang dan puasa apa yang kita lakukan? Macam-macam. Pada umumnya, orang pantang daging bagi mereka yang sering makan daging, tapi bagi mereka yang jarang makan daging: jangan pantang daging, tapi pantanglah makanan yang sering dikonsumsi. Misalnya sering makan kerupuk, ya jangan makan kerupuk. Hal yang lebih penting tentu saja pantang dalam tindakan atau laku hidup. Misalnya pantang untuk berbuat jahat terhadap sesama.
Kedua,dalam tindakan mistik, yaitu dengan doa dan tapa. Maka, kalau kita pantang sesuatu, misalnya nonton sinetron, waktu yang sebelumnya digunakan nonton itu digunakan untuk berdoa, bukan untuk tidur.
Ketiga, dalam tindakan karitatif, yaitu amal dan kasih. Apa yang kita lakukan sebagai pantang, misalnya pantang untuk makan daging, maka uang yang biasa kita gunakan untuk makan daging itu kita bagikan kepada mereka yang membutuhkan.
Semoga niat pertobatan kita juga terjadi dalam kehidupan konkret. Apakah waktu kita digunakan untuk berdoa dan merayakan sakramen-sakramen? Apakah pengendalian diri bisa kita lakukan? Apaklah keterlibatan kita dalam kegiatan umat makin bertambah? Apakah kepedulian untuk membantu masyarakat makin meningkat?
Mesti diingat bahwa pertama-tama yang harus mengalami efek dari buah pertobatan kita adalah keluarga kita: pasangan hidup, anak dan orang tua, lingkungan sekitar, teman-teman gereja, tempat kerja, dan kemudian kepada masyarakat yang luas. Maka, pada masa praprapaskah ini, berhenti melakukan kebiasaan buruk bukan sementara saja, tetapi berhenti untuk selamanya; dan kegiatan baik yang mulai diusahakan makin meningkat.
Tulisan ini merupakan transkrip khotbah Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC dari kanal youtube Komsos Keuskupan Bandung.
Komentar