Darmin Mbula OFM
(Imam Fransiskan-Ketua MNPK)
Hari ini , Jumat, 7 April 2023, angka merah pertanda hari libur umum secara nasional. Bagi orang Kristen, hari ini hari Jumat Agung: momen umat katolik seluruh bumi untuk mengenangkan wafat Yesus Kristus, Sang Juru Selamat dunia.
Salib Kristus merupakan peristiwa yang paling bersejarah dalam sejarah Kekristenan. Peristiwa salib ditulis dalam keempat Injil. Salib di Golgota ini memperlihatkan alam semesta yang teramat gelap karena dosa manusia, yaitu kejahatan kemanusiaan yang paling menjijikkan; kebengisan, dendam kesumat; kebenciaan dan hinaan; dan pembunuhan.
Namun, sekaligus di atas salib inilah Yesus menunjukkan tindakan kasih Allah yang holistik, utuh dan sempurna bagi umat manusia di alam semesta ini. Semua keadaan salib yang kejam dan bengis tanpa perikemanusiaan dan perikeadilan ditransformasi secara menyeluruh dan utuh oleh ketaatan penuh kasih-Nya terhadap kehendak Allah yang disapa-Nya sebagai Bapa.
Kata-kata yang keluar dari mulut Yesus di atas salib di Golgota mengubah secara radikal makna salib menjadi pesan peradaban kasih persaudaraan universal: “Aku mengasihimu” (Yoh. 3:16); dan “Tinggalah dalam kasih-Ku itu” ( Yoh. 15:9), serta “Kassihilah seorang akan yang lain ” ( Yoh. 15: 17).
Makna perubahan itu tampak dalam kata kata Yesus dari atas Salib. Orang akan menyadari bahwa dalam arti yang sebenarnya segala kekayaan dan kemuliaan Injil berpusat pada Salib Kristus.
Karena itu, baiklah pada perayaan ini kita merenungkan tujuh ucapan Yesus dari atas salib. Dalam tujuh ucapan itu, Yesus hendak menjelaskan seluruh gagasan besar visi dan misi Kehendak Allah dan Kerajaan Allah di alam semesta ini. Gagasan besar itu ialah bahwa tujuh sabda dari Yesus dari atas kayu Salib menunjukkan tindakan cinta kasih Allah kepada Manusia.
Pertama: “Ya, Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat ( Luk. 23:34). Yesus memanggil Allah sebagai Bapa. Allah digambarkan sebagai sosok yang dekat, mesra dan intim. Yesus menunjukkan Allah sebagai Bapa yang begitu baik, teramat baik. Kebaikan-Nya dianyatakan dalam mau menerima, mengampuni, memaafkan dan memberikan kesempatan kepada orang bersalah dan berdosa untuk hidup yang baru, baik dan benar; tak ada benci dan balas dendam kesumat; yang ada hanyalah mengampuni orang yang telah menyakiti, menyiksa fisik dan hati kita; memaafkan dan mengampuni agar hidup kita penuh damai sejahtera. Inilah bentuk tindak cinta kasih yang paling sempurna: Yesus mati di kayu salib untuk menyadarkan pengaruh dan akibat dosa yang membutakan hati dan pikiran manusia, dan menyelamatkan manusia.
Kedua: “Aku berkata kepadamu sesungguhnya, hari ini juga engkau akan ada bersama aku di dalam Firdaus” Luk. 23:43). Yesus sebagai Mesias menyambut penjahat itu, karena ia mau bertobat dan percaya kepada-Nya. Yesus adalah utusan Allah untuk membebaskan dan menyelamatkan manusia. Pertobatan membawa orang kepada keselamatan dan kebahagiaan hidup yang abadi (Firdaus, hidup surgawi, tempat penuh kedamaian abadi).
Yesus menjamin bahwa orang yang hidupnya sudah bertobat akan hidup bersama-Nya dalam Firdaus, bersekutu bersama sama Yesus untuk selama lamanya. Inilah bentuk tindakan cinta kasih yang membebaskan, menyelamatan, membahagiakan. Inilah tindakan cinta kasih Allah yang sempurna: pertobatan dan keselamatan merupakan anugerah Allah.
Ketiga: “Ibu, inilah anakmu…Inilah Ibumu ” (Yoh. 19: 26-27). Hati dan pikiran serta emosi Yesus tertuju kepada ibu-Nya. Ungkapan ini menunjukkan Allah peduli dengan penuh kasih kepada penderitaan manusia. Dalam kasih Allah, kita saling mengasihi seperti seorang anak mengasihi ibunya dan seorang ibu mengasihi anak-anaknya.
Keempat: “Allahku, Allahku, Mengapa Engkau meninggalkan AKu“ (Mat. 27:46; Mrk. 15:34). Inilah ungkapan yang mau menunjukkan dosa memisahkan Allah dan manusia. Teriakan Yesus itu mewakili manusia yang berdosa, karena dosa membuahkan kematian. Inilah bukti cinta kasih Allah bagi semua manusia yang berdosa. Kasih Keheningan: Mengapa Engkau meningalkan aku: sungguh saat yang menyedihkan; tak ada hiburannya; sungguh sendirian. Karena itu, pergunakan waktu hidup dengan mau menjadi tali kasih, peduli dan mau mengulurkan tangan.
Kelima: “Aku haus” (Yoh. 19:28). Yesus mengundang orang datang kepada-Nya untuk memperoleh sumber air kehidupan. Rasa haus-Nya menunjukkan kepada kita rasa kemanusiaann-Nya. Inilah rasa haus seorang manusia. Yesus rela mengalami haus yang luar biasa agar setiap orang yang datang kepada-Nya tidak akan haus lagi. Inilah tindakan cinta kasih Allah yang sempurna: memberikan air hidup bagi semua orang agar tidak haus lagi. Ia adalah sumber air kehidupan yang memberikan kelegaan dan kepuasan sejati bagi mereka yang datang kepada-Nya.
Keenam: “Sudah Selesai” (Yoh. 19:30). Dia sudah berhasil. Kehendak Allah untuk menebus manusia sudah sudah digenapi. Yesus selalu menerima tugas dalam rencana dan waktu cinta kasih Allah. Yesus pernah bersabda, “MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya“ (Yoh. 4:34). Jalan keselamatan yang disediakan Allah melalui yesus Kristus telah sempurna.
Ketujuh: “Ya, Bapa ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawaKu“ (Luk. 23:46). Bentuk kasih yang sempurna atau paripurna adalah penyerahan total ke dalam kehendak Allah. Kehendak Allah adalah kasih Allah kepada manusia agar manusia kembali kepada-Nya. Yesus tetap fokus pada hubungan-Nya dengan Allah yang disapa-Nya sebagai Bapa. Ia mengerjakan dan menjalankan kehendak Allah Bapa. Inilah ungkapan penyerahan diri secara total kepada Allah Bapa. Yesus menyadarkan kita bahwa Allah adalah Bapa bagi setiap orang yang telah ditebus.
Sekadar Penutup
Tujuh ucapan emapti Ysus dari atas salib di Golgota menyadarkan kita agar sebagai manusia beriman senantiasa menunjukkan tindakan cinta kasih Allah Bapa dalam Yesus Kristus berkat Roh Kudus. Salib Kristus mengubah kegelapan dosa dan kekejaman serta kejahatan manusia menjadi sikap peduli, solidaritas, toleransi dan hidup berdamai penuh kasih persaudaraan manusia. Semoga Bunda Maria selalu mendoakan kita agar kita tetap tinggal dalam kasih-Nya.
Komentar