Katoliknews.com – Suzethe Margaret (52), wanita bergama Katolik di Bogor yang diproses hukum karena membawa anjing ke dalam masjid divonis bebas oleh hakim.
Meski dinyatakan terbukti bersalah, namun karena terbukti mengalami gangguan jiwa, hakim di Pengadilan Negeri Cibinong Kelas 1 A, Kabupaten Bogor, Jawa Barat membebaskannya dari hukuman.
“Mengadili, satu menyatakan terdakwa Suzethe Margaret anak dari Harry Santoso terbukti secara sah melakukan tindakan pidana penodaan agama. Dua, menyatakan terdakwa gangguan kejiwaaan berat sehingga tidak dapat dihukum, tiga melepaskan terdakwa dari segala tuntutan hukum,” demikian kata Hakim Ketua Indra Meinantha Vidi saat membacakan putusan dalam sidang pada Rabu, 5 Februari 2020.
Suzethe sempat membuat heboh pada Juni tahun lalu, ketika ia membawa anjing ke dalam Masjid Al-Munawaroh di Sentul, Bogor. Kala itu, ketika pengurus masjid memintanya keluar, ia menolak dan terlibat cekcok dengan mereka. Videonya kemudian sempat viral di media sosial.
Ia kemudian ditahan oleh Polres Bogor pada 1 Juli 2019 dan menyatakannya sebagai tersangka, langkah yang mendapat banyak kritik dari para aktivis karena adanya pengakuan dari keluarga serta bukti rekam medis bahwa ia mengalami ganggung jiwa. Polisi juga bingung karena dalam proses BAP, kesaksian Suzethe tidak nyambung dan ngawur.
Namun, ia kemudian tetap diproses hukum.
Okezone.com melaporkan, dalam sidang hari ini Suzethe yang mengenakan baju bermotif bunga dengan sepatu kets itu duduk tenang di depan majelis hakim. Ia memilih diam sejak masuk hingga keluar ruang sidang.
Setelah vonis dibacakan, sejumlah orang yang hadir dalam ruang sidang menyatakan kecewa dengan keputusan majelis hakim.
Salah seorang di antaranya dilaporkan berteriak, “Awas ketemu dijalan, gue teriakin orang gila entar.”
“Mudah-mudahan gila beneran,” sahut lainnya.
Sidang putusan ini mendapat pengawalan ketat dari kepolisian. Usai dinyatakan terlepas dari jeratan hukum, Suzethe pun pulang dijemput keluarganya.
Mengidap Skizofernia
Suzethe adalah ibu empat anak dan tinggal di Sentul City.
Kepada Tirto.id, suaminya, Firdaus Situngkir mengatakan, isterinya yang lahir pada 1967 memang sudah lama menderita skizofrenia.
Mulanya, ketika baru menikah, Firdaus merasa curiga dengan sikap dan perilaku isterinya yang tidak biasa.
Pada 1997, ia pun membawa Suzethe ke rumah sakit. Di situlah Suzethe didiagnosis menderita skizofrenia, gangguan kejiwaan atau disabilitas psiko-sosial yang membuatnya harus minum obat seumur hidup.
Ciri-ciri gejalanya adalah sering berhalusinasi dan melakukan hal-hal konyol, hingga terlibat cekcok dengan masyarakat.
Pada 27 Juni 2019, Suzethe sempat berurusan dengan Kepolisian Surabaya karena dituduh melakukan kekerasan kepada seorang penjual soto.
Awalnya dia ingin mengetahui penyebab kematian saudaranya. Berhalusinasi dirinya seorang detektif, Suzethe menuduh seorang penjual soto sebagai dalang pembunuhan. Suasana pun tegang. Suzethe mengacak-ngacak dagangan si penjual soto. Untungnya ia bebas dari jeratan pidana karena terbukti menderita kelainan mental.
“Kalau saya tidak kasih tahu ke yang punya soto kalau dia (Suzethe) punya kelainan jiwa, bisa habis saya,” kata Firdaus.
Suzethe juga disebut pernah melarang anak-anaknya bersekolah tanpa alasan yang jelas dan mengurung mereka di rumah.
Mereka juga enggan bepergian dengan Suzethe karena ia selalu ugal-ugalan ketika menyetir mobil, demikian menurut Tirto.id,
Maret 2019 lalu, Suzethe menabrak mobil tetangganya yang sedang parkir di halaman hingga kaca depan pecah. Setelah itu, ia malah marah-marah dengan pemilik mobil itu,
Psikater dr. Yongky. Sp.KJ., MM., M.KES, yang pernah mendiagnosis Suzethe sewaktu bertugas di RS Marzuki Mahdi, Bogor, membenarkan ganggung jiwa yang diderita Suzethe,
Ia mengaku memiliki rekam medis, setidaknya sejak 2013.
Menurut American Psychiatric Association, ketika penyakit skizofernia kambuh, pasien tidak dapat membedakan antara pengalaman nyata dan tidak nyata.
Gejalanya pun beragam, misalnya halusinasi, mendengar suara yang sebenarnya tidak ada, paranoid, dan lain-lain.
Ada juga gejala yang menurunkan kemampuan bicara, merencanakan, mengekspresikan emosi atau menemukan kesenangan.
Selain itu, muncul pula gejala disorganisasi seperti kacau berpikir dan berbicara, berperilaku aneh atau melakukan gerakan abnormal. Gejala lain adalah masalah kognisi seperti sulit berkonsentrasi.
Komentar