Katoliknews.com – Peristiwa naas pada Minggu, 26 Januari 2020 mengakhiri hidup Kobe Bryant, superstar yang menghabiskan lebih dari separuh hidupnya sebagai pemain bola basket profesional.
Dalam kecelakaan helikopter yang terjadi di California Selatan itu, ia meninggal bersama putrinya yang berusia 13 tahun, Gianna dan tujuh orang lainnya.
Peristiwa itu terjadi saat ia sedang dalam perjalanan untuk melatih tim bola basket putrinya di turnamen kelompok remaja setempat. Dia dikenal lebih suka naik helikopter karena kemacetan lalu lintas di Los Angeles.
Bryant, 41 tahun, adalah seorang Katolik, ayah empat orang anak.
Ia dianggap sebagai salah satu pemain bola basket terbaik sepanjang masa.
Dia pensiun pada 2016 setelah 20 tahun berkarir bersama Los Angeles Lakers, di mana ia memenangkan berbagai kejuaraan.
Pencapaiannya meliputi penghargaan pemain terbaik (MVP) NBA pada 2008 dan dua kali pemain terbaik pada putaran final NBA.
Dia juga pernah dua kali tampil sebagai pencetak skor terbanyak NBA dan dua kali menjadi anggota tim basket AS peraih medali emas Olimpiade.
Pada 2006, dia mendulang 81 angka saat melawan Toronto Raptors, rekor kedua tertinggi sepanjang sejarah NBA dalam satu pertandingan.
Di luar lapangan bola basket, dia meraih Piala Oscar pada 2018 untuk Dear Basketball, film animasi singkat berdasarkan surat cintanya kepada olah raga bola basket yang dia tulis pada 2015.
Dibesarkan dalam Keluarga Katolik
Bryant dibesarkan dalam keluarga Katolik dan menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di Italia.
Ia menikah pada tahun 2001 di sebuah paroki di California Selatan.
Pada tahun 2003, Bryant menghadapi masalah serius, yang menyisahkan catatan kelam dalam hidupnya. Ia ditangkap setelah dituduh memperkosa seorang wanita di kamar hotel di Colorado.
Bryant mengakui melakukan hubungan seks dengan wanita itu. Namun, ia membantah telah melakukan kekerasan seksual.
Ketika tuduhan itu dipublikasikan, dampak besar dialami Bryant. Reputasinya di mata publik hancur. Ia bahkan harus kehilangan sejumlah kontrak dengan perusahaan-perusahaan besar seperti McDonald’s dan Nutella. Penjualan replika jersey-nya bahkan sampai jatuh.
Ia kemudian menghadapi ancaman penjara, meski kemudian tuntutan terhadapnya batal.
Pada 2004, Bryant mengakui kesalahannya secara terbuka. Dia meminta maaf kepada perempuan tersebut atas tindakannya.
“Meskipun saya benar-benar percaya bahwa pertemuan di antara kami adalah atas dasar kesepakatan, sekarang saya tahu bahwa dia tidak (memiliki perasaan yang sama) dan tidak melihat kejadian ini dengan cara yang sama dengan saya. Setelah berbulan-bulan meninjau, mendengarkan pengacaranya, dan bahkan kesaksiannya secara langsung, sekarang saya paham seperti apa perasaannya bahwa dia tidak setuju terhadap kejadian ini,” kata Bryant.
Peran Seorang Pastor
Pada 2015, dalam sebuah wawancara dengan majalah GQ, Bryant menuturkan bagaimana iman Katolik yang dia yakini membantunya mengatasi dampak dari tindakan tersebut bagi pribadinya dan citra profesionalnya.
Bagi Bryant, kehilangan sponsor tidak menjadi perhatian utamanya. Dia mengaku sangat takut masuk penjara, mengingat saat itu dia terancam hukuman penjara selama 25 tahun.
Ia mengatakan, semangatnya tumbuh karena iman yang dia yakini.
“Satu-satunya yang sangat membantu saya selama proses itu – saya Katolik, saya tumbuh sebagai orang Katolik, anak-anak saya Katolik – adalah berbicara kepada seorang pastor,” ungkap Bryant.
“Itu sebenarnya agak lucu: Dia menatap saya dan berkata, ‘Apakah kamu melakukannya?’ Dan saya berkata, ‘Tentu saja tidak.’ Lalu dia bertanya, ‘Apakah kamu memiliki pengacara yang baik?’ Dan saya berkata seperti ini, ‘Ya, dia fenomenal.’ Jadi dia hanya berkata, ‘Biarkan saja. Bangkitlah. Tuhan tidak akan memberikan kamu sesuatu yang tidak bisa kamu atasi, dan sekarang semuanya berada di tangan Dia. Ini adalah sesuatu yang tidak bisa kamu kendalikan. Jadi lepaskan saja. ‘Dan itulah titik baliknya, “kata Bryant.
Berpegang Pada Prinsip
Keputusan tahun 2004 untuk menaruh kepercayaan yang lebih dalam kepada Tuhan tidak berarti kehidupan sesudahnya tanpa kesulitan.
Pada 2011, Vanessa Bryant mengajukan gugatan cerai dengan alasan perbedaan yang tidak dapat didamaikan.
Tetapi Bryant mengatakan bahwa dia memutuskan untuk tidak menyerah pada pernikahannya. Dua tahun kemudian, istrinya menarik kembali permohonan perceraiannya.
“Saya tidak akan bilang pernikahan kami sempurna,” kata Bryant.
“Kami masih bertengkar, seperti pasangan lain. Tapi reputasi saya sebagai seorang atlet adalah saya punya tekad dan giat berlatih. Bagaimana saya bisa melakukan itu dalam kehidupan profesional saya jika saya tidak melakukan hal yang sama dalam kehidupan pribadi saya, ketika itu memengaruhi anak-anak saya? Tidak masuk akal,” ujar Bryant.
Bryant dan istrinya dilaporkan sebagai umat di sebuah paroki di Orange County, California.
Penyanyi Cristina Ballestero memposting di Instagram pada 26 Januari sebuah kisah pertemuannya dengan Bryant di Katedral Keluarga Kudus di Orange, California pada Misa hari biasa.
“Ketika kami hendak menerima komuni, [Bryant] menunggu saya untuk maju. Jika Anda dibesarkan di dalam Gereja Katolik, Anda memahami bahwa ini adalah hal terhormat yang dilakukan pria di gereja sebagai tanda respek terhadap wanita. Dia mengatakan saya memiliki suara yang indah,” tulisnya.
Ia mengaku sangat terkesan dengan sosok Bryant.
“Sifatnya yang paling menginspirasi adalah keputusannya untuk beralih kepada imannya pada Tuhan, menerima kemurahan Tuhan dan untuk menjadi manusia yang lebih baik setelah keputusan yang penuh penyesalan,” tambah Ballestero.
Kematian Bryant dilaporkan di media sebelum kematian putrinya, Gianna.
Sebelum kematian Gianna Bryant diketahui, Uskup Agung Los Angeles, Mgr Jose Gomez menulis di akun Twitternya sebuah ungkapan dukacita.
“Sedih sekali mendengar berita kematian tragis Kobe Bryant pagi ini. Saya berdoa untuknya dan keluarganya. Semoga dia beristirahat dalam damai dan semoga Bunda Maria kita yang penuh kasih memberi kenyamanan bagi orang-orang yang dikasihinya,” tulisnya.
So very sad to hear the news of #KobeBryant’s tragic death this morning. I am praying for him and his family. May he rest in peace and may our Blessed Mother Mary bring comfort to his loved ones. #KobeBryantRIP pic.twitter.com/QYMRL7RvCL
— Abp. José H. Gomez (@ArchbishopGomez) 26 Januari 2020
Iman Katolik diyakini juga berpengaruh terhadap kegiatan sosial keluarga Bryant.
BACA JUGA: Sebelum Kecelakaan, Kobe Bryant Bersama Putrinya Ikut Misa dan Menyambut Komuni
Mereka rutin menggelar aksi sosial melalui Kobe & Vanessa Bryant Family Foundation.
Melalui yayasan ini Bryant dan keluarganya berusaha membantu orang-orang yang mengambil keputusan-keputusan buruk dalam hidup mereka, termasuk para tunawisma.
Catholic News Agency/Aleteia
Komentar