Don Probo Vaccarini adalah contoh seseorang yang menerima semua sakramen dalam Gereja Katolik. Pernah menikah, Vaccarini lalu jadi imam.
Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Perjalanan hidupnya memang unik.
Vaccarini lahir di Italia pada tahun 1919. Seperti halnya anak muda seusianya, ia dikirim menjadi prajurit dalam Perang Dunia II, sebuah perang global yang berlangsung pada 1939-1945.
Namun, berbeda dengan rekan-rekannya yang terus melanjutkan berbakti di medan perang, beberapa tahun kemudian ia memutuskan kembali ke kampung halamannya.
Suatu hari, sebagaimana yang ia kisahkan dalam sebuah wawancara di stasiun televisi Katolik Italia, TV2000it, ia atas saran seorang temannya, menemui Padre Pio untuk mengaku dosa.
Dalam salah satu kunjungan Vaccarini, Padre Pio memintanya untuk menikah. Orang suci itu pun mengatakan bahwa ia akan memiliki “keluarga yang besar dan suci.”
Mendengar itu, Vaccarini menjawab, “besar itu mudah, tapi suci …?”
Nada suaranya dalam wawancara itu seolah-olah hendak mengatakan, “Lebih mudah untuk berkata-kata.”
Dia kembali menemui Padre Pio lagi beberapa saat kemudian, saat masih lajang, dan orang suci itu berkata kepadanya, ”Bergeraklah!”
Kata-kata itu bermaksud mendorong Vaccarini agar segera menikah.
Adalah Anna Maria Vannucci yang kemudian merebut hati Vaccarini. Ketertarikannya muncul saat melihat Anna yang rutin mengikuti Misa. Keduanya pun berpacaran dan di usia Vaccarini yang ke-33, ia menikahi Anna.
Dan, rupanya, ia menggenapi nasihat Padre Pio tentang
“keluarga yang besar” karena mereka dianugerahi tujuh orang anak: empat laki-laki dan tiga perempuan.
Vaccarini mengatakan, tujuh anak itu “bukanlah sebuah kebetulan.” “Saya memang menginginkan semuanya!” katanya.
Setelah 18 tahun menikah, tahun 1970, Vaccarini larut dalam kesedihan medalam karena isterinya dipanggil Tuhan.
Hidu sebagai duda, Vaccarini pun berupaya menggenapi pesan kedua Padre Pio: memastikan bahwa keluarganya menjadi suci.
Rupanya hal itu tergenapi, setidaknya dilihat dari langkah keempat putranya yang semuanya memutuskan menjadi imam: Don Giuseppe, Don Giovanni Don Gioacchino dan Don Francesco.
Anaknya yang pertama ditahbiskan pada tahun 1979, dan yang terakhir 20 tahun kemudian.
Sementara itu, Vaccarini sendiri menjadi diakon permanen dan ditugaskan di sebuah paroki di Italia.
Tugas di lingkungan gereja, yang sangat ia nikmati, kemudian mengantarnya pada pilihan hidup menjadi imam.
Dalam sebuah Misa di San Giovanni Rotondo, dia mengaku mendengar suara Padre Pio dalam hatinya. “Kamu akan menjadi seorang imam,” demikian kata-kata Padre Pio.
Benar saja, pada 8 Mei 1988, saat menginjak usia 69 tahun, dia ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Giovani Locatelli, untuk mengatasi kelangkaan imam kala itu.
Vaccarini kemudian bertugas di sebuah gereja di San Martino, Venti.
Hingga kini ia sudah melayani umat di sana lebih dari 25 tahun.
Hubungan Vaccarini dengan anak-anaknya digambarkan sungguh unik.
Dalam wawancara di TV2000it, salah seorang putranya menjelaskan bagaimana mereka melihat ia sebagai ayah yang dahulu membesarkan mereka, bagaimana ia sebelumnya mengaku dosa kepada mereka – saat ia belum ditahbiskan, dan bagaimana kini ia menjadi rekan mereka sebagai imam.
Pastor Giuseppe, salah seorang putranya mengatakan kepada Il Ponte, saat berbicara ayahnya masih sering merujuk kembali kepada istrinya, dengan kata-kata, “Istri saya biasa memberi tahu saya …”
Hal itu, kata Guiseppe, sering membuat orang yang tidak atau belum mengenalnya merasa aneh.
Pada 4 Juni lalu, Vaccarini genap berusia 100 tahun. Sebagai ucapan syukurnya, ia menggelar Misa konselebrasi di Katedral Ramini, di mana ia didampingi oleh empat anaknya dan Uskup Ramini, Mgr Francesco Labiasi.
Aleteia.org melaporkan, dalam Misa itu, dibacakan surat dari Kardinal Pietro Parolin, Sekretaris Negara Vatikan yang isinya adalah ucapan selamat dan berkat kepausan dari Paus Fransiskus untuk Vaccarini.
Kisah hidupnya memang telah banyak diberitakan, termasuk oleh media-media Vatikan, seperti Vaticannews.va dan Vatikan Insider, dan tidak terhitung media lainnya di seluruh dunia.
Vaccarini produktif dalam menulis, di mana ia menerbitkan lebih dari 15 buku, termasuk otobiografi dalam bahasa Italia berjudul “Husband, Widower, Priest (Suami, Duda, Imam).
Fr. Vaccarini belum pensiun. Dia adalah imam aktif tertua di Keuskupan Ramini, dan mungkin di seluruh Italia, tetapi dia selalu mengatakan dia masih merasa “seperti seorang imam yang baru ditahbiskan.”
“Hari demi hari, saya menunggu Tuhan menjemput saya,” katanya.
“Saya sudah punya istri, punya anak (biologis), juga anak-anak rohani … Sekarang, saya menunggu Tuhan memanggil saya.”
Komentar