Katoliknews – Sant’ Egidio, sebuah komunitas awam Katolik yang berdedikasi untuk pelayanan sosial, dan Muhamadiyah, organasasi Islam modernis di Indonesia dalam satu kepak sayap. Mereka menjalin kerja sama untuk promosi perdamaian global dan solidaritas kemanusiaan.
Hal itu tampak dalam silaturahmi Komunitas Sant’ Egidio yang diwakili Penasehat Dewan Kepausan untuk Hubungan dan Dialog Antar-Agama Sant’Egidio Valeria Martano di Pusat Dakwah PP Muhammadiyah, Jakarta, Rabu 28 Februari lalu.
Martano disambut Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, dan Ketua PP Muhammadiyah Syafiq Mughni.
Yayah Khisbiyah mengatakan, silaturahmi tersebut membahas program kerja sama dalam bidang bantuan kemanusiaan, perdamaian global, dan transformasi konflik di wilayah regional.
“Diskusi juga mencakup upaya memperkuat kohesi sosial generasi muda lintas-iman dan pemberdayaan kaum perempuan di wilayah konflik,” kata Sekretaris Lembaga Hubungan dan Kerja Sama Internasional (LHKI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu, seperti dilansir muhammadiyah.or.id.
Yayah menjelaskan, hubungan akrab antara Muhammadiyah dan Sant’Egidio telah terjalin selama beberapa dekade.
“Pada pertemuan ini, pembahasan juga mencakup persiapan perpanjangan Memorandum of Understanding (MoU) antara PP Muhammadiyah dan Sant’Egidio,” ujarnya.
Adapun kesepakatan kerja sama terakhir ditandatangani oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Presiden Sant’Egidio Marco Impagliazzo pada tahun 2017 lalu, bersamaan dengan seminar “Pancasila untuk Dunia”.
MoU tersebut, kata Yayah, mencakup komitmen bersama untuk memberikan bantuan kemanusiaan dalam situasi bencana, konflik, perang, dan kekerasan.
Selain itu, tambah dia, mereka akan mempromosikan inisiatif perdamaian, dialog antaragama, dan kerja sama multikultural.
“Pihak-pihak juga berjanji untuk menyebarkan budaya perdamaian dan non-kekerasan di kalangan generasi muda melalui berbagai kegiatan pendidikan,” kata Yayah.
Yayah menuturkan bahwa Muhammadiyah dan Sant’Egidio juga berperan sebagai anggota inti di International Contact Group (ICG) dalam mendukung proses perdamaian di Bangsamoro.
“Keanggotaan ini menegaskan komitmen kedua organisasi untuk berkontribusi secara aktif dalam upaya-upaya perdamaian regional,” ujarnya.
“Salah satu inisiatif yang menonjol adalah kolaborasi antaragama untuk mempromosikan relasi sosial yang inklusif, khususnya melalui partisipasi pemuda dari berbagai latar belakang keagamaan,” ujarnya.
Menurut Yayah, kedua belah pihak juga sepakat untuk terus mendukung upaya pendidikan dan kemanusiaan masing-masing, menciptakan fondasi yang kokoh untuk kehidupan bersama yang damai dan inklusif.
“Memorandum ini diharapkan akan menjadi landasan yang kuat bagi kerjasama lintas agama yang bermanfaat dan berkelanjutan,” pungkasnya.
Komentar