Katoliknews.com – Menjelang peringatan Hari Migran dan Pengungsi Sedunia pada Minggu, 27 September 2020 akan datang, Dikasteri atau Lembaga Vatikan Bagian Migran dan Pengungsi untuk Mempromosikan Pembangunan Manusia Seutuhnya merilis sebuah video tentang kisah pelarian dan pengungsian seorang Migran asal Columbia, pada 24 September 2020 kemarin.
Sebagaimana dilansir Vatikan News, video ini merupakan video keenam dari serangkaian video yang dirilis lembaga yang sama dalam rangka peringatan hari Migran dan Pengungsi Sedunia yang ke-106 tahun ini.
Dalam video tersebut, Lorena Margarita Pinilla-Rojano, seorang perempuan berusia 25 tahun dari Chibolo Martin, Columbia, menceritakan pengalamannya melarikan diri dari kekerasan dan menjadi pengungsi di Bogota, ibu kota Columbia.
“Saya tiba di Kota Bogota pada tahun 2012. Saya telah berada di sini selama 8 tahun. Saya tiba di sini bersama keluarga saya, yang mengungsi karena kekerasan,” katanya
Lorena ingat bahwa keluarganya harus melarikan diri dari Chibolo Magdalena pada tengah malam, meninggalkan segalanya karena telah dibakar oleh pemberontak.
Lorena mengisahkan bahwa pada 2015, ia pindah ke Cundinamarca Soacha, pinggiran Bogota dan dapat membeli sebuah rumah. Dalam keadaan demikian, Lorena mempunyai mimpi untuk menjadi pengusaha,
Saat ini, Lorena adalah salah satu penerima manfaat dari inisiatif yang dijalankan oleh Jesuit Refugee Service (JRS) di San Benito, dan hal ini menjadi jalan untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang pengusaha.
“Saya memiliki ide bisnis yang ingin saya kembangkan tetapi saya tidak memiliki kemampuan finansial untuk melakukannya,” katanya.
“Saya berterima kasih kepada Yesuit di sini di Columbia yang mendukung saya, melatih saya dan menawarkan saya kesempatan ini. Berkat mereka, saya mengembangkan bisnis saya dan terus maju,” tambahnya.
Lorena pun memberikan nasihat dan mendorong semua orang untuk “maju terus dan berjuang demi impian mereka”.
Hari Migran dan Pengungsi Sedunia, sejak diresmikan oleh Paus Benediktus XV pada tahun 1914, menjadi kesempatan untuk mengungkapkan kepedulian terhadap orang-orang yang rentan saat berpergian dan meningkatkan kesadaran mereka dalam menghadapi tantangan.
Tema perayaan tahun ini didasarkan atas pesan Paus Fransiskus yakni “Dipaksa melarikan diri seperti Yesus Kristus.” Refleksinya terinspirasi oleh pengalaman Yesus sebagai seorang anak dengan orang tua-Nya yang melarikan diri ke Mesir demi menghindari kekejaman Herodes dan menjadi pengungsi di sana (bdk. Mat. 2: 13-15, 19-23).
Melalui perikop ini, Paus Fransiskus mengingatkan bahwa dalam diri orang-orang yang terpaksa melarikan diri ke tempat yang aman, Yesus hadir sebagaimana Dia hidup pada zaman Herodes.
Dan karena itu, setiap orang diminta untuk memberikan bantuan dan perhatian kepada Yesus yang tampak dalam wajah-wajah orang yang terlantar, telanjang, sakit, orang asing, dan sebagainya.
Paus Fransiskus menunjukkan bahwa “membangun Kerajaan Allah adalah komitmen yang dimiliki semua orang Kristen, dan untuk alasan ini, kita perlu belajar untuk bekerja sama.”
Dia juga berdoa agar kita “dapat bersatu secara sempurna dalam hati dan pikiran” sebagaimana dikatakan St. Paulus (1Kor. 1:10).
Fidel Punter
Komentar