Katoliknews.com – Kongregasi Bruder Fratrum Imaculatae Conceptionis (FIC) merayakan 100 tahun kehadirannya di Indonesia pada Minggu, 20 September 2020 kemarin. Perayaan syukur ini berlangsung di Aula SMA Pangudi Luhur Don Bosko, Semarang.
Mengikuti protokol COVID-19, perayaan syukur yang bertema “Membangun Persekutuan dan Kerasulan” ini hanya dihadiri para bruder FIC dan umat dengan jumlah terbatas.
Perayaan Ekaristi sebagai rangkaian perayaan syukur ini dipersembahkan oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko. Turut mendampingi beliau sebagai konselebran, antara lain RP Paskalis Seran, SVD dan RD Novensius.
Dalam khotbahnya, Uskup Rubiyatmoko mengingatkan para bruder FIC akan motivasi dasar lima misionaris awal yang datang ke Indonesia, yakni Br. August, Br. Lebuinus, Br. Eufrasius, Br. Constantius, dan Br. Ivo.
Ia mengatakan bahwa kelima bruder yang tiba di Indonesia pada 100 tahun silam, yakni pada 20 September 1920 itu, memiliki motivasi dasar, yakni untuk menanggapi panggilan, mengabdi, mengasihi Tuhan yang telah terlebih dahulu mengasihi mereka.
“Saya yakin bukan karena alasan manusiawi semata tetapi ada alasan yang lebih mendasar, alasan yang menentukan tujuan kehidupan mereka sendiri, yakni bagaimana mengabdi Tuhan, Mengasihi Tuhan dan menanggapi pangilan-Nya,” katanya.
Kesadaran itu, kata dia (Mgr. Rubi-red), yang mendorong kelima misionaris awal datang dengan penuh semangat, sukacita, dan kegembiraan untuk membangun persekutuan dan kerasulan lewat karya-karya yang besar.
Mengutip perikop Injil Yohanes yang berbicara tentang perintah untuk saling mengasihi dan pergi menghasilkan buah, Uskup Rubi menggarisbawahi semangat pewartaan kelima misionari awal itu, yakni bekerja keras untuk membangun dan melaksanakan karya kerasulan yang strategis, prospektif, dan visoner, khususnya di bidang pendidikan dan pedampingan orang muda dengan prioritas mereka yang lemah, miskin, tersingkir, dan difable.
Lebih lanjut, Uskup Rubi memberikan kesaksian personal dan kekagumannya terhadap para bruder FIC. Ia mengatakan bahwa para bruder FIC sungguh-sungguh mempunyai hati, keteguhan, dan komitmen dalam misi-misi mendampingi orang-orang muda melalui pendidikan.
“Begitu mengenal mereka, saya merasa, ini bruder-bruder yang, bagi saya, memiliki keteguhan dalam misi-misinya, yakni untuk membina orang-orang muda melalui karya pendidikan dan pembinaan,” ujar Mgr. Rubi yang ditahbiskan menjadi uskup pada 19 Mei 2017.
Saya kagum, lanjutnya, karena bruder-bruder ini berani untuk memegang konsistensi ini, yakni dengan melakukan karya-karya kerasulan bahkan di daerah-daerah terpencil.
Mengakhiri kotbahnya, Mgr. Rubi menekankan dua poin penting dalam memaknai rahmat istimewa 100 tahun kehadiran FIC di Indonesia.
Pertama, kata dia, peringatan 100 tahun hadirnya FIC di Indonesia menjadi kesempatan untuk mensyukuri rahmat Tuhan, rahmat panggilan sebagai bruder sekaligus kesetiaan Allah mendampingi umat-Nya.
“Kita bersyukur dan mohon agar semakin dimampukan menghayati panggilan ini, seperti perintis kita, yakni membalas kasih Tuhan demi mencapai kesempurnaan hidup,” kata Ketua Komisi Seminari KWI ini.
Kedua, lanjutnya, momen ini menjadi kesempatan untuk melakukan pembenahan diri, untuk berintrospeksi diri. Tujuannya supaya kita semua tetap berfungsi dengan baik dan dapat menghasilkan buah yang berlimpah, yang semakin baik dan berkualitas.
Karena itu, menurut Mgr. Rubi, kehidupan persekutuan dan komunitas perlu dibenahi agar menjadi rumah yang diwarnai semangat persaudaraan dan kekeluargaan, penuh kasih dan pengampunan satu sama lain, agar menjadii rumah yang membuat semua anggota merasa nyaman.
“Marilah kita memanfaatkan momen syukuran 100 tahun ini sebagai kesempatan untuk kembali memurnikan motivasi kita, supaya kita kembali kepada rancangan Allah yang kadang berbeda dengan rancangan kita,” tutupnya.
Senada dengan Uskup Rubi, Provinsial FIC Indonesia, Br. F.A. Dwiyatno, FIC, dalam sambutannya, mengajak anggota kongregasi itu untuk merenungi lebih dalam semangat dan keutamaan para pendahulu, khususnya kelima misionaris awal yang datang ke Indonesia.
“Mereka menyadari bahwa tujuan karya kerasulan mereka adalah demi kemuliaan nama Tuhan dan tumbuhnya kerajaan-Nya,” katanya.
Mereka, lanjutnya, sungguh-sungguh memperhatikan kebutuhan spiritual dan religius, serta pewartaan iman lewat pendidikan, pengajaran, dan pembinaan kaum muda sebagai tradisi utama kerasulan.
Ia menegaskan bahwa apa yang telah dilakukan para pendahulu dari awal hingga saat ini sungguh-sungguh karena peran besar Allah yang telah memanggil mereka; Allah yang memanggil itu adalah Allah yang setia dan semua yang terjadi demi kemuliaan Tuhan sendiri.
Karena itu, Bruder Dwiyatno mengajak anggota Kongregasi FIC untuk sungguh-sungguh bersyukur dan merasa bangga atas rahmat yang telah terjadi sambil tetap bertekun dan setia menjalankan misi persekutuan dan kerasulan.
“Kami bangga atas perhatian, dukungan, doa, maupun kerja sama dari saudara semuanya, sehingga para bruder masih tetap berdiri kokoh, berdiri untuk melanjutkan perjalanan dan karya yang sudah dimulai oleh para pendahulu kami,” katanya.
Semoga kita, lanjutnya, tidak melupakan sejarah dan belajar dari pengalaman supaya kita tidak jumawa bilamana kita berhasil, tetapi juga tidak patah arang pada saat kita gagal.
Sementara itu, Pemimpin Umum FIC, Br. Augustine Kubdaar, FIC. dalam sambutannya yang dibacakan oleh mantan Pemimpin Umum, Br. Martin Tuken Handoko, FIC, mengungkapkan rasa syukur dan profisiat atas perayaan 100 tahun kehadiran FIC di Indonesia.
“Perayaan istimewa ini bukan hanya untuk Anda, melainkan merupakan perayaan Kongregasi FIC secara keseluruhan dan juga untuk Gereja Indonesia,” ungkapnya.
“Penting untuk dicatat bahwa kita tidak hanya merayakan puncak perayaan 100 tahun FIC hadir dan berkarya di Indonesia, tetapi kita merayakan kemurahan hati Allah dan kasih-Nya bagi kita dan rakyat Indonesia.”
Kemurahan itu, menurut Br. Augustine, tampak dalam seluruh proses dan perkembangan kongregasi dari awal hingga saat ini, terutama melalui pertumbuhan jumlah anggota kongregasi, karya-karya persekutuan dan kerasulan, manfaat dari semua karya yang dijalankan, dan sebagainya. Semua itu wujud dari penyelenggaraan kasih Allah.
Karena itu, Br, Augustine mengapresiasi kepada para bruder FIC Indonesia atas usaha dan kesetiaan dalam menjalankan misi FIC di Indonesia, serta memperluas kesaksian hidup dan karya kerasulan ke luar perbatasan Indonesia.
“Dan sebagai hamba Allah, Anda telah berusaha menanggapi tanda-tanda zaman dan kebutuhan Gereja di Indonesia dengan setia. Hal itu layak untuk dipuji,” kata Bruder asal Ghana itu.
Selain itu, ia juga mengungkapkan harapannya bagi para bruder FIC Indonesia agar terus bertekun dan setia dalam jalan panggilan.
“Saya mendorong Anda untuk terus bertekun dalam kasih persaudaraan di antara Anda sekalian dan dalam pelayanan kepada orang-orang yang dipercayakan ke dalam reksa pastoral Anda,” katannya.
Selain itu, lanjut Br. Augustine, penting untuk melihat ke arah masa depan dengan penuh keberanian dan tekad yang bulat, optimisme dan harapan, sekaligus percaya penuh pada kasih karunia Allah.
Untuk diketahui, Kongregasi FIC berdiri pada 21 November 1840 oleh Pastor Ludovikus Rutten dan Br. Bernardus Hoecken sebagai bruder pertama di Kota Maastricht, Belanda. Lahirnya kongregasi ini, sebagaimana dilansir dari bruderfic.or.id, atas dasar keprihatinan Pastor Ludovikus Rutten terhadap situasi dan anak-anak muda yang miskin, berkeliaran, tidak mendapatkan pendidikan, dan mengalami kekosongan rohani.
Pastor Rutten terdorong untuk mengabdikan diri bagi pendidikan dan pembinaan anak-anak, terutama yang miskin dan terlantar. Hal ini sekaligus menjadi ciri khas tradisi kerasulan bruder FIC hingga saat ini, yakni pendampingan kaum muda lewat pendidikan, pengajaran, pembinaan, dan pelatihan.
Sejak awal, Kongregasi FIC tidak bermaksud menjadi kongregasi misi yang berkarya di luar Negeri Belanda. Namun, karena terus berkembang dan kebutuhan akan kerasulan di bidang pendidikan meningkat dari luar, termasuk Indonesia, akhirnya FIC bergerak melewati batas Negeri Belanda.
Kongregasi FIC hadir di Indonesia pada 20 September 1929. Lima bruder perintis, yakni Br. August, Br. Lebuinus, Br. Eufrasius, Br. Constantius, dan Br. Ivo dan membentuk komunitas pertama yang sekarang dikenal dengan Bruderan FIC Fransiskus Xaverius, Jl. P. Senopati 18 Yogyakarta.
Beragam Karya pelayanan bruder FIC di Indonesia, antara lain kerasulan pendidikan yang bernaung di bawan Yayasan Pangudi Luhur, karya pelayanan panti asuhan dan asrama, rumah retret, pelayanan sosial tenaga kerja, dan percetakan.
Fidel Punter
Komentar