Katoliknews.com – Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katolik Kementerian Agama periode 2014-2019, Eusabius Binsasi, memilih terjun ke dunia politik setelah pada Juni 2019 lalu purnabakti dari pengabdiannya sebagai “orang nomor satu yang mengurus kepentingan Katolik” di bidang pemerintahan.
Eusabius dan pasangannya Juandi David mantap berlaga di pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU) pada Desember mendatang setelah mendapat dukungan dari Partai Gerakan Indonesia Raya dan Partai Kebangkitan Bangsa.
.
“Keputusan ini pertama-tama didorong oleh keprihatinan saya akan kenyataan di Kabupaten TTU, kampung saya, yang dalam banyak aspek masih tertinggal jauh dari daerah lain,” katanya dalam diskusi online Vox Point Indonesia di Jakarta, Senin 3 Agustus 2020.
Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi NTT 2012 itu mengaku banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan baru selama mengabdi sebagai Dirjen, dan bekal itulah yang “akan diwujudkan jika dipercayakan untuk memimpin TTU.”
Hal utama yang akan dilakukannya adalah pengembangan sumber daya manusia masyarakat TTU, yang katanya “tidak akan terlepas dari pengembangan bidang pendidikan, kesehatan, serta meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.”
“Kabupaten TTU itu memiliki kekayaan alam yang sangat berlimpah. Kami bertekad untuk menggali seluruh potensi yang ada demi peningkatan ekonomi seluruh lapisan masyarakat,” terangnya.
Saat ini, Ketua Dewan Pengawas Vox Point Indonesia ini sedang memelopori tanaman sereh merah dan direncanakan untuk diproduksi jadi minyak sereh.
“Saat ini kita sudah mulai dengan penanaman sereh merah di Mamsena sebanyak 50 hektar, nanti bibit itu kita akan sebar lagi ke beberapa wilayah. Nanti kalau sereh yang kita tanam sudah banyak, selanjutnya akan kita buat penyulingan minyak sereh sehingga itu yang akan kita pasarkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat,” katanya kepada Katoliknews.com.
Diskusi berjudul Memburu Tiket Parpol itu juga menghadirkan calon Bupati Kabupaten Nabire, Papua, Fransiskus Xaverius Mote.
Ketua Umum Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Provinsi Papua itu mengaku ingin melayani warga Nabire karena masih produktif dan punya elektabilitas tinggi.
“Kondisi geografis Nabire sangat menantang, butuh pemimpin muda dan berenergi lebih untuk bisa turun ke lapangan bertemu warga,” katanya.
Di bawah tagline Nabire Sejahtera, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua ini ingin memantapkan kualitas dan daya saing SDM warga Nabire, juga “menghadirkan rasa aman, tentram dan damai di wilayah itu.”
“Tugas pemimpin memastikan rasa aman bagi warganya, ini mendesak untuk konteks Nabire,” katanya, seraya menegaskan dirinya sudah mendapat dukungan dari Partai Golkar dan PDIP.
Diskusi yang diadakan Vox Point Indonesia itu juga menghadirkan politisi Partai Golkar Melkiades Laka Lena.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI itu menegaskan sistem penjaringan calon saat ini lebih terbuka karena berbasis survei.
Partai politik pada umumnya akan mengutamakan kadernya sendiri untuk berkompetisi di daerah, katanya, kecuali ada calon independen yang elektabilitasnya tinggi.
Narasumber lain adalah Lucius Karus, peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia. Lucius menekankan optimisme Pilkada tahun ini meski dilakukan di tengah pandemi Covid-19.
“Pandemi ini membuat penetrasi langsung calon dengan warga menjadi berkurang. Itu positif karena peluang kampanye hitam, politik uang dan SARA menjadi minim,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum Vox Point Indonesia Yohanes Handoyo Budhisedjati mengatakan calon yang berkompetisi dalam Pilkada harus memenuhi empat kriteria utama: elektabilitas, integritas, kapabilitas, dan finansial.
Alexander AN
Komentar