Katoliknews.com – Uskup Bogor, Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM, meminta para diakon dari Ordo Fransiskan untuk menjadi pelayan yang rendah hati, salah satu semangat penting dalam menampilkan wajah Gereja yang terbuka dan selalu mau belajar.
Dalam khotbahnya pada Misa tahbisan empat diakon Fransiskan di Kapel Novisiat Transitus Depok, Jawa Barat, Jumat 10 Juli 2020, Uskup Paskalis menekankan perlunya seorang “pelayan yang rendah hati untuk selalu belajar, terbuka dan membumi” di tengah dunia yang semakin egois, tertutup dan merasa tahu segalanya.
“Itulah wajah Gereja yang dirindukan umat dan dunia saat ini,” katanya, seraya menekankan bahwa semangat kerendahan hati itu diperoleh dari penghormatan yang dalam kepada Tuhan.
Hal itu, lanjutnya, melibatkan pengenalan akan ‘tempat’ kita yang sebenarnya dalam hubungan dengan Allah – sebagai ciptaan dan pelayan, dan sikap itulah yang menentukan dan mengarahkan pelayanan sebagai diakon.
“Kita melihat diri kita yang sesungguhnya, tidak melebih-lebihkan hal positif yang ada pada kita, namun juga tidak mengingkari bahwa segalanya itu adalah pemberian Tuhan,” kata Uskup Paskalis, sembari meminta para diakon untuk setia membaca firman Tuhan sebagai sumber kekuatan.
Selain semangat kerendahan hati, uskup asal Flores itu juga meminta para diakon untuk menghidupi semangat kedinaan dan bersaudara dengan semua orang.
Jalan kedinaan, katanya, semakin relevan di tengah dunia yang mendambakan kemewahan, sementara semangat persaudaraan dibutuhkan untuk hidup bersama yang damai di tengah masyarakat.
Para diakon, menurutnya, “tidak saja menikmati tetapi harus menciptakan persaudaraan itu.”
Dalam Gereja Katolik, tahbisan diakon merupakan tahap terakhir menuju tahbisan imam. Seorang diakon akan menjalani masa persiapan terakhir, yang disebut masa diakonat selama beberapa bulan sebelum nanti ditahbiskan menjadi imam.
Empat diakon yang ditahbiskan kemarin adalah Marciano Almaida Soares, OFM; Yanuarius Kanmese, OFM; Eduardus Salvatore da Silva, OFM; dan Fransikus Sulaiman Ottor, OFM.
Mengikuti protokol COVID-19, tahbisan mereka hanya dihadiri umat dengan jumlah terbatas dan tidak dihadiri orang tua dan keluarga seperti biasanya.
Tahbisan disiarkan secara streaming melalui kanal Youtube OFM Indonesia.
Tahbisan di tengah pandemi, kata Frater Eduardus, menunjukkan masih hidupnya “harapan di tengah dunia yang sedang krisis.”
“Itu tahbisan ideal, selain membawa harapan di tengah krisis juga menunjukkan bahwa kami sudah terpisah dengan keluarga jasmani sejak menerima kaul hidup membiara,” katanya kepada Katoliknews.com, menyinggung ketidakkhadiran orang tua dalam tahbisan itu.
Diakon asal Paroki Hati Kudus Kramat Jakarta itu juga mengaku tersentuh dengan pesan Uskup Paskalis untuk menjadi pelayan yang rendah hati.
Baginya menjadi diakon memang hanya bisa dijalani oleh orang yang rendah hati.
“Bahkan dalam anekdot bahasa Jawa, di-akon artinya disuruh-suruh. Jadi, menjadi diakon berarti siap menjadi pesuruh,” katanya.
Merenungi perjalanan panggilannya hingga menjadi diakon, Frater Marciano, mengaku itu bukan semata-mata karena pencapaiannya.
Campur-tangan Tuhan, katanya, begitu besar, yang membuat ia mantap menerima tahbisan ini.
“Tuhan yang selalu setia itulah yang sungguh saya rasakan dalam perjalanan panggilan ini,” kata Frater asal Timor Leste itu, seraya menambahkan hal itu tampak dalam motto tahbisan yang diambil dari 1 Tes 5:24, “Dia yang memanggilmu adalah setia, dia juga akan menggenapinya.
Ada dua hal penting yang mau disampaikan dari motto itu, kata Frater Marciano.
“Pertama, dalam kerapuhan, kelemahan dan ketidaksempurnaan, kami memilih untuk menjawab panggilan Allah. Kami yakin Allah berkarya melalui berbagai kekurangan itu karena kami hanyalah instrumen Allah seperti dikatakan St Fransiskus Assisi,” katanya.
Poin kedua, lanjutnya, “kami memilih untuk menjawab panggilan Tuhan bukan karena kami yang setia, tetapi Allah yang setia kepada kami. Ia telah dan senantiasa setia. Kesetiaan-Nya abadi.”
Sementara itu, dalam pesannya pada akhir Misa, Pastor Michael Peruhe OFM, Provinsial OFM Indonesia, mengutus keempat diakon menjalani masa diakonat di Keuskupan Agung Jakarta dan Keuskupan Bogor.
Diakon Eduardus akan bertugas di di Paroki Paskalis Cempaka Putih, Diakon Yanuaris di Panti Asuhan Vincentius Putra Kramat, diakon Fransiskus di Paroki St Petrus Cianjur dan Diakon Marciano di Novisiat Transitus Depok.
Fransiskan, sebutan populer untuk anggota Ordo Fratrum Minorum (OFM) atau Ordo Saudara-saudara Dina berkarya di sejumlah wilayah di Indonesia, yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur dan Papua.
Para Fransiskan menghidupi jejak hidup St. Fransiskus Assisi, orang suci yang nama dan spiritnya juga diikuti oleh pemimpin Gereja Katolik sedunia saat ini, Paus Fransiskus.
Alexander AN
Komentar