Katoliknews.com – Setelah 55 tahun berkarya sebagai misionaris, Pastor Stanislaw Ograbek SVD meninggal dunia pada Sabtu, 15 Februari.
Ia meninggal di Surabaya dalam usia 83 tahun. Itu berarti lebih dari separuh hidup imam asal Polandia itu dihabiskan di Nusantara.
Pater Stanis Ograbek lahir di Grudziadz, Polandia pada 03 Maret 1937, dari pasangan Fransiskus Ograbek dan Rosalia Blank. Pater Stanis memiliki dua saudara dan satu saudari.
Beliau bergabung dengan SVD pada saat memulai masa novisiatnya di Seminari Tinggi SVD Adalberti, Pieniezno, Polandia, Tahun 1952-1954.
Pada 08 September 1954, ia mengikrarkan kaul perdana, sebelum kemudian melanjutkan pendidikan filsafat dan teologi di tempat yang sama, dari tahun 1954 sampai 1962.
Ia mengikrarkan kaul kekal pada 8 September 1962, lalu kemudian ditahbiskan menjadi diakon pada tahun 1962. Beliau ditahbiskan menjadi imam pada 27 Januari 1963 oleh Bapak Uskup Wilczynski. “Adveniat Regnum Tuum; Datanglah Kerajaan-Mu” demikian motto tahbisannya.
55 Tahun Melayani di Indonesia
Sebagai seorang imam, biarawan dan misionaris SVD, Pater Stanis siap diutus ke mana saja untuk melayani umat tanpa kenal lelah.
Bersama 19 rekan muda SVD, misionaris sulung asal Polandia, ia diutus bermisi ke Indonesia.
Sejak tahun 1964 sampai dengan tahun 2020, Pater Stanis telah bertugas di beberapa tempat, antara lain belajar Bahasa Indonesia di Manggarai, Flores, Provinsi SVD Ruteng, (1965-1966) Pastor Paroki Todo, Denge, Manggarai, Flores, (1967-1994).
Selama di Manggarai, ia terlibat dalam proyek pembangunan jalan dan jembatan di Manggarai, Keuskupan Ruteng, bekerjasama dengan Pemerintah Swiss, sejak 1985-1994.
Pada Tahun 1994 ia menjadi anggota SVD Provinsi Jawa. Tugas pertama di Provinsi Jawa adalah sebagai Pastor Paroki Nanga Bulik, Kalimantan Tengah (1994-2000.)
Selama 2000-2003, ia menjadi Pastor Paroki Katedral Palangka Raya. Ia juga pernah menjabat sebagai Vikjen Keuskupan Palangka Raya, 2002-2003.
Pada tahun 2004, ieliau bertugas sebagai Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Palangka Raya. Beliau terlibat dalam usaha dan upaya pembangunan Rumah Sakit Katolik, Keuskupan Palangka Raya.
Mulai Sakit
Seiring perjalanan waktu dan usia semakin senja, ia mulai sakit-sakitan dan tidak gesit lagi.
Karena itu, atas persetujuan dan ketaatannya, pimpinan SVD menariknya Keuskupan Palangka Raya, sejak 20 November 2019.
Ia selanjutnya dipresentasikan sebagai anggota Komunitas Domus Arnoldus di Batu sejak 05 Januari 2020, namun sampai dengan saat berpulang menghadap Bapa di Surga, Beliau belum sempat berpindah ke tempat yang baru.
Kondisi kesehatannnya memburuk pada 13 Februari 2020. Karena itu, rekannya memberi informasi tentang situasi terakhir kesehatan Pater Stanis kepada Provinsial SVD Polandia, supaya dapat meneruskan berita ini kepada keluarganya.
Pater Stanis nampak sehat dan beraktivitas mengikuti acara harian komunitas seperti biasa. Ia juga mengurus urusan pribadinya tanpa beban dan halangan.
Beliau telah membuat kontrol kesehatan secara rutin di Rumah Sakit RKZ dan mengkomsumsi obat-obatnya dengan taat dibawah bantuan para bruder perawat.
Pada 11 Januari 2020, ia mengeluh kakinya bengkak dan terasa nyeri tidak berdaya. Akhirnya Beliau harus opname di RKZ, menjalani pemeriksaan dan perawatan secara intensif di bawah pengawasan dokter penyakit dalam, dokter jantung dan dokter paru-paru.
Dalam proses perawatan tersebut, ia menderita gangguan tulang, osteoporosis, sehingga tidak bisa berjalan dan tidak bisa bergerak leluasa. Ia harus dibantu oleh dua suster jaga selama 24 jam.
Akhirnya atas arahan dan anjuran dokter serta persetujuannya, pada 11 Februari 2020, ia dijemput rekan sesama SVD dan membawanya pulang untuk dirawat di rumah.
Pada 13 Februari 2020, sekitar Pkl. 21:30 WIB,ia diberikan sakramen minyak suci, karena tidak responsif ketika disapa atau dipanggil namanya.
Setelah menerima sakramen minyak suci, ia kembali stabil dan tenang. Namun pada 15 Februari 2020, 21:30 WIB, kadar oksigen dalam tubuhnya tiba-tiba turun perlahan, sehingga diputuskan untuk segera dibawa ke Rumah Sakit RKZ.
Para perawat telah berusaha memberikan pertolongan baik ketika dalam perjalanan menuju RKZ maupun ketika berada di IGD RKZ. Namun kehendak Allah Bapa yang telah memanggilnya sebagai misionaris ulung, berkendak lain.
Setelah diberi sakramen minyak suci, Pater Stanis Ograbek pergi dengan tenang bahagia menghadap Allah Bapa pada Pkl. 23:59 WIB, dalam usia 83 Tahun, kurang 17 hari dan dalam usia 57 Tahun imamat pada 27 Januari yang lalu.
Pastor Sak Semen
Pater Stanis bukan hanya dikenal akrab sebagai pastor sakramen, tapi juga dipanggil akrab sebagai pastor saksemen, pastor yang berurusan dengan bahan bangunan untuk membangun jalan, jembatan, gedung gereja, dan rumah sakit.
Ia sangat mudah mendapat izin dari pihak terkait karena kedekatan Beliau dengan para pejabat teras pemerintahan. Beliau menjalin kedekatan dengan cara sederhana, yakni secara rutin berolah raga tenis dengan mereka. Beliau patut mendapat penghargaan dari Gubernur NTT dan Kedutaan Besar Polandia, bukan karena kedekatan di lapangan tenis, tapi karena keberhasilan Beliau sebagai Pastor Sakramen sekaligus Pastor Saksemen.
Pastor Stanis memang unik dan berbeda dari rekan misionaris Polandia lainnya. Selain dikenal sebagai pekerja pastoral, pekerja sosial, dan olahragawan, ternyata Beliau juga memiliki minat dalam dunia tulis menulis. Beliau telah menulis beberapa buku dan puisi.
Salah satu bukunya adalah 50 Tahun di Pulau Flores dan Kalteng.
Komentar