Katoliknews.com – Perayaan imlek tahun ini terasa sangat berbeda di Tempat Ibadat Tri Dharma (TITD) Pay Lien San di Dusun Karangasem, Desa Glagahwero, Kecamatan Panti, Jember, Jawa Timur.
Di hari raya Imlek yang jatuh pada hari Sabtu, 25 Januari 2020, TTID tampak ramai dengan sejumlah pengunjung dari berbagai agama.
Tidak lagi hanya dikunjungi oleh umat Konghucu, Taoisme dan Budha yang merayakan imlek, tetapi juga umat dan tokoh dari agama lain seperti Muslim, Kristen, Katolik, Hindu, aliran kepercayaan Sapto Dharma dan Kejawen.
Wakil Ketua TITD Pay Lien San, Jap Swie liog atau Hery Nofem Stadiono mengatakan, mereka yang hadir sebagiannya dari forum Silaturahmi Antar Umat Beragama Seluruh Elemen Masyarakat (Sila Emas) dan Komunitas Save NKRI.
“Imlek menjadi wadah bersilaturahmi saling memaafkan,” katanya seperti dilansir Kompas.com.
Ia juga menceritakan, toleransi antarumat beragama di sekitar TTID sudah lama bertumbuh.
Di depan tempat ibadah ini, berdiri Masjid Albarokah yang jaraknya hanya sekitar lima meter.
“Kalau di masjid sedang shalat (dan) kami ada jadwal doa, kita mundur atau maju jadwalnya,” katanya.
Bukan hanya itu, dua petugas di TTID juga beragama Katolik dan Islam, yakni Koh Ing atau Gunawan Adi Wijaya dan Miroso.
Adi Wijaya, seorang Katolik mengatakan, ia sudah sekitar empat tahun bekerja di sana.
Meskipun berbeda agama, selama ini ia tetap menjaga keharmonisan.
“Tugas saya melayani umat, meskipun saya Katolik,” tuturnya.
Kemudian, Miroso, petugas kebersihan merupakan warga sekitar yang beragama Islam.
“Saya sudah lama (bekerja di sini), sekitar tahun 1986, saya orang Muslim,” katanya.
Romo Hendrik Kusdini, Pastor Paroki Hati Tersuci Santa Perawan Maria Jember mengatakan, momentum Imlek menjadi waktu yang tepat untuk memelihara kerukunan umat beragama.
“Ini untuk memperkuat, memperteguh kerukunan warga NKRI,” tuturnya.
Ia mengatakan, cara untuk mengatasi perpecahan bisa melalui silaturahmi ketika ada perayaan, seperti Imlek.
“Ke depan semua hal yang merusak persaudaraan bisa diatasi dengan cara seperti ini,” ujarnya.
Hasan, Takmir Masjid Albarokah mengatakan, pihaknya sudah saling memahami dan menyadari tentang toleransi beragama.
“Seperti ada haul Gus Dur yang diadakan Klenteng ini, para kiai juga diundang untuk tahlilan,” tuturnya.
Prinsipnya, kata dia, kerukunan beragama sudah bukan pada ranah teori di lingkungan warga. Namun, sudah diterapkan sejak lama.
“Kami saling menjaga, mewujudkan toleransi,” tambahnya.
Selain umat lintas agama, saat itu hadir juga sejumlah pelajar dari SMK dr Soebandi, SMK Pahlawan, Pemuda GKJW, SMA Pahlawan dan IAIN Jember untuk belajar cara merawat toleransi.
Komentar