Katoliknews.com – Walikota Bekasi, Rahmat Effendi mendapat penghargaan dari Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) karena dinilai memiliki komitmen tegas pada persatuan Indonesia, terkait dengan kegigihannya membela proses pembangunan Gereja St Clara yang sempat ditentang oleh sejumlah kelompok intoleran.
Penghargaan itu diberikan PWKI dalam acara buka tahun bersama di Gedung Dwi Warna Lemhanas, Jakarta, Jumat, 17 Januari 2020. Acara itu mengangkat tema “Mewujudkan Persatuan Indonesia Dengan Kehendak Baik.”
Selain Rahmat, ada empat tokoh lain yang dianggap PWKI memiliki komitmen yang sama pada persatuan, yakni musisi Didi Kempot, sutradara film Joko Anwar, aktivis sosial yang juga Staf Khusus Presiden, Gracia Billy Yosaphat Y Mambrasar dan legislator termuda Hillary Brigita Lasut. Dari lima tokoh itu, hanya Billy Mambrasar yang menerima langsung penghargaan.
Rahmat dikenal karena memilih pasang badan di tengah tekanan kelompok intoleran yang memaksa agar pendirian Gereja St Clara Bekasi dibatalkan. Berulang kali kelompok intoleran menggelar demonstrasi menolak pembangunan gereja itu.
Namun, Rahmat bersikap tegas, yang membuat gereja itu akhirnya bisa berdiri dan diresmikan pada Agustus tahun lalu. Saat upacara peresmian, ia turut hadir.
BACA JUGA: Pernah Didemo, Gereja St Clara Akhirnya Diresmikan
Menekankan pentingnya semangat persatuan, seperti halnya yang dilakukan Rahmat, Ketua PWKI, Putut Prabantoro mengatakan, warga Indonesia mesti berbangga karena keberagamannya.
“Kita mesti lebih berbangga lagi karena banyak anak Indonesia yang karena niat dan kehendak baiknya selalu mengupayakan persatuan,” katanya.
“Kita ingin mendorong agar kehendak baik ini jadi api yang menyemangati semua upaya kita menjaga persatuan Indonesia,” ungkap Putut.
Putut menyebut kelima tokoh yang dipilih PWKI “punya kehendak baik itu.”
“Harapannya publik bisa mengambil inspirasinya,” tandasnya.
Sementara itu, Billy Mambrasar dalam sambutannya menyampaikan kebanggaannya menjadi anak yang dididik dalam dua budaya.
“Saya lahir dan besar di Papua. Ayah asli Papua, tetapi ibu seorang Jawa,” kata pendiri Yayasan Kitong Bisa yang peduli terhadap pendidikan anak-anak di Papua dan Papua Barat itu.
Billy mengaku bersyukur terlahir dari dua budaya yang berbeda, sebab perbedaan bukan sesuatu yang membatasi, melainkan membuatnyz mampu melihat dua dimensi yang berbeda dan mampu memadupadankannya.
“Satu-satunya yang menjembatani perbedaan adalah cinta kasih,” katanya.
Acara buka tahun bersama PWKI ini dihadiri sekitar seratus wartawan Katolik yang bekerja di berbagai media.
Beberapa tokoh penting juga ikut hadir, termasuk Ketua KPK, Firli Bahuri; Kepala Badan Narkotika Nasional, Komjen Heru Wijanarko; Wakil Gubernur Lemhannas, Marsda Wieko Sofyan; Pangdam Jaya, Eko Margiyono dan Wakil Ketua KPK, Lili Pintauli Siregar.
Komentar