Katoliknews.com – Sebuah Pohon Natal yang diklaim sebagai yang terbesar di dunia berada di Gubbio, sebuah kota kecil di wilayah Umbria, Italia tengah.
Pohon Natal itu terbentang melintasi sebagian besar punggung bukit yang bernama bukit Ingino (Monte Ingino).
Dengan memanfaatkan pohon-pohon rindang dan hijau di punggung bukit, kelompok relawan yang disebut ‘alberaioli’ (kira-kira berarti tukang pohon) merangkai jaringan besar lampu berwarna-warni melalui pohon-pohon, sehingga di malam hari tampak pancaran cahaya berbentuk Pohon Natal raksasa.
Seperti diberitakan pada laman ilTurista.info, untuk perayaan Natal 2019 ini, lampu pohon Natal Gubbio ini telah dinyalakan sejak 7 Desember pada vigili Hari Raya Bunda Maria Dikandung tanpa Noda. Ditargetkan pohon itu akan bertahan hingga 20 Januari 2020. Selama periodewarga Gubbio maupun wisatawan dari berbagai tempat dapat menikmati sensasi magis dari cahaya pohon Natal dari senja hari sampai pkl.01.00 dini hari.
“Pohon Natal” ini tidak hanya besar dan tinggi, tetapi juga unik: Sebuah bukit disulap menjadi pohon Natal dengan tinggi 650 meter, lebar 350 meter, dihiasi 260 lampu utama berwarna hijau daun, sedangkan bagian sentral pohon ialah ratusan lampu berwarna.
Di puncak bukit, didesain lampu terang berbentuk bintang dengan luas sekitar 1000 meter persegi, dengan 200 titik cahaya. Total terdapat 8, 5 KM kabel untuk instalasi lampu, dengan total kapasitas 35 KW. Menarik bahwa semua ini dibuat sebagai tradisi kebanggaan kota.
Di puncak bukit Ingino, terletak Basilika Santo Ubaldus (1084-1160), uskup pelindung kota Gubbio. Tradisi pohon Natal ini dibuat untuk mempererat persaudaraan warga dan sebagai bentuk devosi kepada Ubaldus.
Sebagai salah satu kota bercorak Abad Pertengahan, Gubbio dikenal dalam sejarah, misalnya melalui riwayat hidup Santo Fransiskus Assisi.
Dikisahkan bahwa di Gubbio, Fransiskus berhasil mendamaikan warga kota dengan seekor serigala buas yang hendak menyerang warga.
Sekarang, di alun-alun kota terdapat patung Fransiskus sedang menyambut seekor serigala dengan tenang. Pengunjung biasanya meletakkan kembang putih dekat patung itu sebagai simbol damai.
Sampai tahun 2014, keseharian basilika Santo Ubaldus dilayani oleh para Fransiskan. Basilika itu kemudian diserahkan kepada pihak keusukupan setempat.
Andretawolo.id/AR
Komentar