Katoliknews.com – Setelah bertahun-tahun menggunakan sistem konvensional dalam penggalangan dana bantuan untuk Gereja, kini Albertus Gregory Tan bersama rekan-rekannya sedang menyiapkan platform baru yang akan mempermudah penyaluran donasi.
Greg, yang mulai merintis karyanya sejak 2011, di bawah bendera Program Peduli Gereja Katolik, mengatakan sistem baru dengan aplikasi khusus itu ditargetkan dipakai mulai awal tahun depan.
“Aplikasinya akan ada di Android dan Apple,” katanya kepada Katoliknews.com, 8 November 2019.
Greg awalnya melakukan penggalangan dana dengan sistem konvensional, dimana para donatur mengirim uang ke rekening yang ia tentukan, yang kemudian disalurkan ke gereja-gereja yang membutuhkan jika sudah memenuhi target yang disepakati.
Upaya Greg semula lebih banyak dikerjakan sendiri. Sistem penggalangan dana ini mendapat naungan hukum dengan pembentukan Yayasan Vinea Dei pada 2017, di mana menurutnya sistemnya menjadi lebih rapi, meskipun membutuhkan kerja ekstra terkait berbagai tuntutan admistratif.
Yayasan itu yang namanya berarti “kebun anggur Tuhan” memiliki struktur resmi dengan personel 14 orang. Greg menempati posisi sebagai pembina, sementara pengawasnya adalah dua orang imam, Pastor Raymundus Sianipar, OFMCap dan Pastor Albertus Joni, SCJ. Ketuanya saat ini adalah Elbert Anson, sekretaris Febriani Kennedy, bendara Ramerlin dengan enam anggota lain sebagai pelaksana kegiatan.
Greg mengatakan, dengan sistem yang baru nanti, donatur tinggal membuka aplikasi, juga website, di mana kemudian bisa memilih beberapa bentuk cara penyaluran donasi.
Ia mengatakan, mereka juga akan menggandeng platform pembayaran digital seperti OVO dan Gopay untuk berkolaborasi.
Titik Awal: Setelah Melihat Gereja Reyot
Langkah Greg membantu gereja dimulai dari pengalamannya saat mengunjungi Stasi St Klara, Rawa Kolang di Keuskupan Sibolga pada 2010, yang ditempuh dengan perjalanan selama tiga jam dari Paroki St Hilarius, Tarutung Bolak.
Ia datang ke sana kala itu setelah diajak oleh seorang kenalannya, diakon Kapusin yang kini sudah menjadi imam.
Di kapel stasi itu, ia melihat atap gereja yang hampir roboh, sementara umat dengan sukacita beribadah.
Melihat Gereja demikian adalah hal yang sama sekali baru bagi pemuda asal Keuskupan Agung Jakarta itu, yang kemudian ia anggap menjadi titik sangat penting bagi misinya kemudian.
“Rawa Kolang membawaku amat dalam pada pengalaman spiritual yang juga amat sulit dijelaskan,” akunya.
Saat kembali ke ibukota, Greg yang kala itu sedang kuliah administrasi publik di Universitas Indonesia membuat komitmen untuk melakukan sesuatu bagi gereja-gereja di pinggiran, seperti halnya di Rawa Kolang itu.
Niatnya kemudian mendapatkan jalan ketika ada imam kenalannya di Sumatera yang meminta bantuan untuk pembangunan Gereja.
Langkah Greg mengunggah informasi itu di Facebook mendapat tanggapan dari pengguna media sosial, hal yang kemudian kembali terjadi ketika ia memposting permintaan sumbangan untuk Gereja lainnya.
Hingga kini, kata Greg, total 119 gereja yang sudah dibantu di 27 keuskupan seluruh Indonesia, sementara jumlah donatur mencapai lebih dari 5 ribu orang.
Total dana yang sudah berhasil digalang, jelasnya, sudah lebih dari Rp 30 miliar.
BACA JUGA: Satu Klik untuk Satu Miliar: Kisah Albertus Gregory Tan Membantu Gereja St. Clara, Bekasi
Meski pada awalnya ada orang yang meragukan apa yang ia kerjakan, kini setelah melihat bukti-buktinya, Greg yang lahir di Jakarta pada 18 April 1990, mengatakan, “rasanya hampir tidak ada lagi orang memberikan suara sumbang.”
Tidak Hanya Gereja Fisik
Sejak pembentukan Vinea Dei, target Greg dan kawan-kawannya tidak lagi terbatas pada Gereja fisik, tapi juga pada aspek lain yaitu pendidikan bagi anak-anak miskin.
Hingga kini, kata dia, 34 orang anak yang sudah mereka bantu.
Ia berharap, ke depan lembaga yang dirintisnya itu menjadi lembaga penggalangan dana yang utama untuk Gereja Katolik, dan bisa membantu banyak institusi Katolik dan umat.
“Yang utama kehadiran Yayasan ini menjadi oase dan sumber air bagi banyak orang sehingga umat Katolik sendiri dan lainnya sungguh-sungguh merasakan kehadiran Gereja yang amat berdaya guna,” ujarnya.
Greg menekankan, apapun bentuk pola donasinya, prinsip jujur dan transparan adalah kunci.
Hal itu, jelasnya, juga selalu disampaikan kepada gereja-gereja yang ditelah ia bantu.
Nilai-nilai itu, kata dia, adalah kunci utama untuk mendapatkan kepercayaan dari para donatur.
Komentar