Atambua, Katoliknews.com – Uskup Keuskupan Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT) Mgr Dominikus Saku mengatakan, maraknya kasus perjudian di daerah Atambua hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu. Menurutnya, ibarat dalam permainan catur, pemain dan penjudi hanyalah pion.
“Yang untung adalah yang ada di belakang para pemain. Yang biasanya kumpulkan uang adalah bandar, dia untung. Kita ini hanya pion saja, otaknya ada di belakang,” kata Uskup Domi usai mengikuti ucapara bendera peringatan HUT RI ke 72 di Lapangan Umum Atambua, seperti dilansir Pos Kupang, Jumat, 18 Agustus 2017.
Maka, menurutnya, penyakit masyarakat tersebut dapat diobati jika ada keseriusan dari pihak berwenang. “Jadi kalau mau lihat, jangan tangkap yang pion, tangkap yang di belakang (juga),” katanya.
Menurut Uskup Domi, faktor yang menyebabkan maraknya kasus tersebut selain karena sikap masyarakat sendiri dan faktor peluang. Untuk menyelesaikannya pun harus dimulai dari kesadaran masyarakat serta pengawasan dari pihak berwajib.
“Masyarakat tidak mungkin bisa buat bola guling, itu harus didatangkan. Saya taruhlah (contohnya) mercon, masyarakat kita biasanya buat pakai bambu. Lalu kita mempermudah dengan mendatangkan petasan dari luar yang bakar sekali langsung meletus. Ini masyarakat yang sudah terbiasa, seakan kita mengobarkan kebiasaanya untuk itu, berlomba yang tidak sehat,” ujarnya.
Lebih lanjut Uskup Domi mencontohkan perjudian hampir sama dengan korupsi sebagai sebuah kejahatan yang meracuni cara berpikir, cara bertindak, sikap dan juga pengetahuan masyarakat.
“Banyak yang tidak tahu cara mengembangkan ekonominya secara baik dan saya melihat, judi tidak ada urusan dengan pengembangan ekonomi.”
“Itu hanya semata-mata melayani apa yang dinamakan naluri rendah dalam diri, artinya orang mau mencari kesejahteraan dengan bayang-bayang, kesejahteraan dan dia menempu jalan potong. Jadi dia sama dengan orang curi, korupsi hampir sama,” jelasnya.
Oleh karena itu, penegakan hukum, tegas uskup Domi menjadi mutlak, agar persoalan tersebut dapat terselesaikan.
“Saya menduga mesti ada keberasamaan untuk tegas. Kita hidup dalam negara hukum mesti ada penegakan. Kita dari gereja terus menyerukan agar menjauhi perjudian. Tapi kalau lemaknya (judi) disiapkan terus-menerus, dia (masyarakat pasti) pasti makan,” ungkapnya.
Dikatakan, sebelumnya Kapolres Belu AKBP Yandri Irsan mengakui adanya oknum polisi yang terlibat atau membekingi perjudian. Namun, janjinya dia tidak akan segan untuk menindak.
AKBP Yandri juga meminta partisipasi masyarakat untuk turut terlibat dalam menyelesaikan masalah ini.
Pos Kupang/j-aR/Katoliknews
Komentar