Katoliknews.com – Sebuah kelompok peduli anak yang beranggotan Umat Katolik di Guam, sebuah pulau kecil di Samudera Pasifik menyerukan agar kata-kata Paus Fransiskus untuk tidak memberikan toleransi kepada pelaku kekerasan terhadap anak, segera dipraktekkan.
Sebagaimana dilansir Pasific Daily News, Sabtu (7/1) sekarang ini setidaknya ada 15 mantan anak altar telah datang dan mengakui kepada kelompok ini bahwa dulu mereka mengalami pelecehan seksual dan bahkan diperkosa oleh kaum hieraki di Guam.
“Saya berharap bahwa Paus Fransiskus dan segenap Pemimpin Gereja segera menangani apa yang telah ditutupi terlalu lama. Dalam beberapa kasus, para Uskup di Keuskupan tertentu menutupi pelecehan yang mengerikan oleh kaum hierarki dan efeknya, kasus serupa semakin berkembang,” kata salah seorang anggota kelompok, Andrew Camacho.
Camacho mengungkapkan, kekerasan seksual terhadap anak di Guam telah berlangsung sejak tahun 1940-an dan memuncak pada tahun 1980-an. Mantan Putera-puteri altar yang datang mengadu adalah mereka yang menjadi Putera-puteri altar pada periode tersebut.
“Rasa sakit dan penderitaan yang diungkapkan oleh para korban pelecehan benar-benar menyayat hati. Ini adalah aib untuk keuskupan Agana, keuskupan kita,” lanjutnya.
Pada 2 Januari 2017 lalu, Vatikan merilis teks surat Paus yang telah disusun pada 28 Desember 2016, berisikan ucapan Paus Fransiskus untuk tidak memberikan toleransi apapun kepada pelaku kekerasan kepada anak di dalam Gereja Katolik, terutama kekerasan seksual.
Surat ini dikirim kepada para uskup di seluruh dunia, secara umum isinya mengajak para Uskup untuk memerangi kekejaman terhadap anak-anak, termasuk perang, tenaga kerja budak, kekurangan gizi, kurangnya pendidikan, dan eksploitasi seksual, termasuk pelanggaran yang dilakukan oleh kaum hierarki.
“Ini adalah dosa yang membuat kita malu. Orang yang seharusnya bertanggung jawab untuk melindungi anak-anak malah menghancurkan martabat mereka. Kami sangat menyesali ini dan kami mohon maaf. Kami berempati dalam rasa sakit korban dan kami menangis karena dosa ini, “kata Paus Fransiskus.
Yohanes Trisno/Katoliknews
Komentar