Persidangan kasus pelecehan seksual terhadap seorang mantan pastor di Timor-Leste telah ditunda untuk kelima kalinya setelah upaya untuk mengadakan sidang melalui video dihentikan karena “masalah teknis.”
Pengadilan distrik di Oecusse, 200 kilometer dari Dili, melanjutkan persidangan yang dimulai pada Februari melalui konferensi video pada 9 Juni setelah mantan imam Richard Daschbach tidak hadir untuk empat sidang sebelumnya, yang diduga karena pembatasan perjalanan Covid-19.
Namun, tim hukum warga asal Amerika mengeluh bahwa koneksi internet yang buruk membuat mereka sulit mengikuti proses.
Hak itu mendorong mereka untuk meminta penundaan pada 10 Juni dan hakim memutuskan untuk menunda sidang hingga 5 Juli, di mana sidang diadakan di Oecusse, demikian laporan UCA News, media Katolik Asia.
Daschbach dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak di sebuah panti yang dikelolanya.
Pengacara para tersangka korban mengatakan proses pengadilan berubah menjadi lelucon dan kemunduran terakhir ini adalah bukti bias yudisial terhadap klien mereka.
“Tidak akan pernah ada keadilan sejati di Timor-Leste jika tidak ada reformasi serius terkait cara korban diperlakukan oleh sistem peradilan,” kata Maria Agnes Bere dari Juridico Social Consultoria, sebuah kelompok pengacara yang mendampingi korban.
Ana Paula Marcal, direktur eksekutif Program Pemantauan Sistem Yudisial mengatakan penundaan terus-menerus akan merusak kepercayaan pada sistem hukum dan dapat berdampak pada korban dan bukti yang mereka siapkan.
Daschbach adalah mantan imam SVD yang diberhentikan oleh Vatikan pada 2018 setelah dia mengaku melakukan pelecehan terhadap anak-anak di di Panti Asuhan Topu Honis yang berbasis di Oecusse yang dia dirikan pada 1993.
Pria berusia 84 tahun itu didakwa dengan pelecehan anak, pornografi anak dan kekerasan dalam rumah tangga dan menghadapi hukuman hingga 20 tahun penjara jika terbukti bersalah.
Meski mengaku sebagai seorang pedofil, ia masih mendapat dukungan luas di kalangan rakyat Timor, termasuk di antara dari para pemimpin politik negara itu, yang memujinya karena membantu perjuangan Timor-Leste untuk merdeka dari Indonesia.
Komentar