Katoliknews.com – Menyikapi masalah pandemi virus corona (Covid-19) yang telah memicu krisis bagi banyak masyarakat kelas bawah, para suster di Labuan Bajo memberikan bantuan sembako kepada sejumlah warga.
Bantuan itu yang mulai didistribusikan pada Jumat, 17 April 2020 dilakukan di bawah koordinasi Rumah Singgah Perlindungan Perempuan dan Anak Santa Theresia Labuan Bajo, yang merupakan rumah singgah bagi para perempuan dan anak korban kekerasan. Rumah itu ditangani oleh para suster dari Kongregasi Suster-suster Misi Abdi Roh Kudus (SSpS).
Suster Maria Yosephina Pahlawati, SSpS, koordintor Rumah Singgah itu, yang juga dikenal sebagai aktivis kemanusiaan mengatakan, bantuan sembako itu menyasar kaum buruh, tukang ojek, penjual sayur, pekerja rumah tanggah dan para penjual ikan.
“Kami memberi mereka masing-masing beras 10 kilogram, ditambah dengan gula, garam, sabun dan susu,” katanya kepada Katoliknews.com.
Ia menjelaskan, ini adalah bantuan tahap pertama dengan jumlah sasaran 50 keluarga, yang masih akan dilanjutkan dengan tahap berikut, dengan melihat perkembangan situasi.
Suster yang juga Ketua JPIC Kongregasi SSpS wilayah Flores Barat ini mengatakan, terkait penentuan kelompok sasaran, mereka lakukan lewat survei langsung ke sejumlah wilayah di Labuan Bajo.
“Selama dua hari, tim kami disebar ke sejumlah wilayah dan mewawancarai keluarga-keluarga yang dinilai sedang mengalami kesulitan. Setelah itu, kami mencatat nomor HP mereka untuk kemudian dihubungi dan datang mengambil langsung bantuan sembako di Rumah Singgah,” katanya.
Ia menjelaskan, saat mereka datang, para suster memastikan agar “mereka mencuci tangan dan kalau tidak memakai masker, maka diberikan masker.”
Suster Yosephina mengatakan, para penerima bantuan juga diberikan informasi perihal langkah-langkah pencegahan pandemi Covid-19.
“Kita Perlu Keluar dari Zona Nyaman”
Bantuan yang diberikan berasal dari berbagai pihak, kata Sr. Yosephina.
“Yang terlibat adalah Perhimpunan Perempuan Manggarai Barat, juga beberapa donatur yang kami hubungi di Jakarta. Sebagian lagi kami sisihkan dari apa yang kami miliki di Rumah Singgah,” katanya.
Ia mengaku tergerak untuk melakukan aksi solidaritas ini karena menyadari bahwa banyak keluarga yang kini menghadapi kesulitan.
“Kebijakan pemerintah yang meminta masyarakat untuk tinggal dalam rumah tentu saja baik dan harus kita taati demi mencegah penyebaran virus ini. Namun, kita mesti sadar bahwa hal ini sekaligus menjadi bencana bagi keluarga-keluarga yang hidupnya tergantung dari penghasilan harian, seperti para pedagang kecil, ojek dan lain-lain,” katanya.
Ia menjelaskan, sebagai biarawati, untuk memenuhi kebutuhan dalam situasi saat ini tidak menjadi soal.
“Kami masih bisa makan dan minum, menjaga agar tetap makan makanan yang sehat. Tapi, suara hati saya mengatakan, bagaimana dengan orang-orang kecil?” tanyanya.
“Saya berharap kita semua mau tergerak, tergugah untuk mengulurkan tangan, apapun caranya bagi saudara-saudari di sekeliling kita. Kita perlu keluar dari zona nyaman untuk memikirkan situasi sesama,” katanya.
Ia menyatakan, kelompok sasaran yang mereka bantu tidak melihat latar belakang, termasuk agama. Karena itu, jelasnya, meski mayoritas yang dibantu adalah Katolik, tetapi ada juga saudari dan saudara Muslim.
Labuan Bajo, yang merupakan salah satu pintu gerbang menuju Pulau Flores kini sedang memperketat kontrol terhadap warga yang datang, baik lewat pelabuhan maupun Bandara.
Pelabuan Labuan Bajo, yang merupakan berlabuhnya kapal dari Surabaya, Bali dan Makassar kini telah ditutup untuk penumpang dan hanya membolehkan kapal pengangkut logistik.
Sejauh ini, belum ada kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di daerah itu, namun pada Kamis kemarin, 16 April, pemerintah mengumumkan ada 13 warga yang positif berdasarkan rapid test dan kini proses tes swab tengah diupayakan.
Perkembangan terbaru ini memaksa pemerintah setempat memperketat kebijakan larangan beraktivitas di luar rumah bagi masyarakat.
Komentar