Katoliknews.com – Ia adalah seorang misionaris asal Amerika Serikat, putra kedua dari pasangan Lawrence Hambach Sr. dan Rose Zukal.
Pastor Lawrence Joseph Hambach, nama Imam itu, lahir di Ohio, AS, pada 18 Juni 1933 silam.
Sebagaimana dilansir Seminariledalero.org, ia masuk sekolah dasar pada tahun 1939-1947, kemudian melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di sebuah seminari milik SVD pada tahun 1947 hingga 1951.
Usai menyelesaikan pendidikan menengah di seminari, Pastor Lawrence lalu memasuki masa novisiat pada tahun 1951 hingga 1953, dan mengikrarkan kaul pertamanya dalam Serikat Sabda Allah pada tanggal 8 September 1953. Ia akhirnya ditahbiskan menjadi Imam pada 16 April 1961.
Setahun setelah tahbisan imamatnya, ia lalu mendapat surat tugas untuk melayani umat di Flores, NTT.
Ia pun tiba di Indonesia pada 22 Februari 1962 dengan menempuh perjalanan panjang dari Amerika Serikat menggunakan Kapal USS President Pierce Franklin.
Di Indoneisa, ia pertama kali menetap di paroki Matraman, lalu akhirnya hijrah ke tempat tugasnya, Flores dan menjalankan kursus bahasa Indonesia di Mataloko.
Kursus itu berlangsung selama lima bulan. Setelah itu ia diutus ke paroki-paroki di wilayah Flores bagian Timur untuk menjadi pastor paroki, pembantu deken, dan kemudian menjadi deken.
Pastor Lawrence pensiun pada tahun 2014 silam dan menghabiskan sisa-sisa hidupnya di rumah jompo biara Simeon Ledalero. Pada tanggal 16 April lalu ia merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) imamatnya yang ke-55.
Di Flores, Pastor Lawrence pernah bertugas di beberapa tempat yakni di Lembata dari tahun 1962 hingga 1972; Solor, tahun 1972-1980; Seminari Hokeng, tahun 1980-1991; Larantuka 1991-1996, dan Lewotobi, tahun 1996-2003.
Setelah mengabdi selama 54 tahun di Flores, Pastor Lawrence akhirnya meninggal dunia pada Jumat dini hari, 28 Oktober 2016 sekitar pukul 01.30 Wita di Biara Simeon, Ledalero, Maumere.
Lawrence, Si Pastor Tukang
Pastor Thaliz Atty SVD yang baru ditabiskan awal Oktober ini mengenang Pater Lawrence, dan menyebutnya sebagai tukang yang sangat teliti dan sosok misionaris yang patut diteladani
Ia mengisahkan, “Pater Lawrence mengisi hari-hari tuanya di biara Simeon dengan membuka bengkel khusus untuk menjahit.”
Selain itu, jelasnya, Pastor Lawrence juga membantu memperbaiki perabotan-perabotan rumah jompo yang rusak.
“Ia bekerja sampai akhirnya duduk di atas kursi roda,” kenang Pastor Thaliz.
Ia juga dikenal sebagai seorang imam senior yang cukup terampil dalam bidang otomotif, dan kerap membekali para frater dengan ilmu perbengkelan sebelum berangkat ke wilayah misi.
Roby Sukur/Katoliknews
Komentar