Katoliknews.com – Pendidikan karakter sangatlah penting dalam memajukan pendidikan di Indonesia, terutama untuk menangkal dampak negatif yang menyebabkan lahirnya lubang-lubang hitam kebudayaan, demikian kata Pater Hubert Muda SVD, seorang dosen dalam sebuah seminar di Ruteng, Kabupaten Manggarai – Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT)
Pater Hubert juga mengaitkan pendidikan karakter dengan semboyan revolusi mental Presiden Joko Widodo.
“Berkaitan dengan pendidikan, revolusi mental harus dibaca secara tekstual dan dihayati secara kontekstual,” tegasnya seperti dilansir Floresa.co, Minggu, 17 April 2016.
“Untuk konteks sekarang, revolusi mental berhadapan dengan lubang-lubang hitam kebudayaan, merumuskan pendidikan sebagai proses pembudayaan kembali manusia Indonesia,” lanjut Pastor Huber.
Imam Serikat Sabda Allah (SVD) itu menegaskan hal ini saat menjadi pembicara tunggal dalam seminar di Sekolah Tinggi Pastoral (Stipas) St Sirilus, Ruteng pada Sabtu, 16 April.
Seminar dengan tema “Pendidikan Karakter versus Lubang-Lubang Hitam Kebudayaan” itu dihadiri para alumni, mahasiswa serta para dosen Stipas, antara lain Romo Hironimus Bandur Pr, Romo Emanuel Haru Pr, Romo Vinsensius Nase Pr, Romo Yulius R. Effendi Pr dan Romo Inosentius Mansur Pr.
Seminar itu merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pesta pelindung, paskah bersama dan temu alumni Stipas, yang berlangsung selama tiga hari berturut-turut, dari Kamis hingga Sabtu, 14-16 April. Acara itu juga ditandai dengan pembentukan badan pengurus alumni dengan nama Persaudaraan Alumni Stipas (Pelita).
Ketua Stipas, Romo Alfons menegaskan, pendidikan karakter sebenarnya telah ada dalam visi dan misi kampus itu, yaitu beriman, bermoral, berpengetahuan dan berketerampilan.
“Karena itu, kita diharapkan agar menjabarkanya secara baik dan benar,” katanya.
“Kita mesti selalu merujuk pada visi dan misi kampus Stipas karena di situ sesungguhnya pendidikan karakter ditekankan. Agar mencapai itu semua, maka dibutuhkan kerja keras,” lanjut Romo Alfons, yang juga Vikaris Jenderal Keuskupan Ruteng.
Sementara itu Romo Ino Mansur, salah satu dosen mengatakan kiranya tepat untuk berbicara tentang pendidikan karakter dalam kaitannya dengan lubang-lubang hitam kebudayaan.
“Alasannya, ruang sosial kita telah diporak-porandakan oleh berbagai bentuk distorsi. Pendidikan diharapkan menjadi sarana yang mengembalikan harkat dan martabat ruang sosial itu. Maka mutlak diperlukan pendidikan yang berkarakter,” katanya.
Katoliknews
Komentar