Oleh: Frans de Sales SCJ
Menjalani hidup ini tidak selalu mudah. Banyak tantangan dan rintangan yang mesti dihadapi dan dilewati. Karena itu, orang mesti berani memasrahkan diri kepada Tuhan.
Suatu hari saya bertemu dengan seorang kenalan baru saya. Kami pun saling berbagi cerita. Namun tak banyak cerita bahagia yang saya dapatkan darinya. Hanya lelehan airmata yang mewarnai setiap pembicaraan kami.
Dalam kisah deritanya itu, ia berkata, “Apa salahku pada Tuhan? Mengapa tak ada kebahagiaan sedikit pun pada hidupku? Ayahku sedang dipenjara dan setiap hari aku harus menelan hinaan orang. Ibuku menghilang begitu saja dan tak pernah mempedulikan aku dan adik-adikku. Aku harus bekerja demi adik-adikku, sehingga aku tak lagi melanjutkan ke SMA sampai semua orang mengatakan bahwa aku bodoh. Mengapa semua ini harus terjadi padaku? Hatiku terus-menerus disakiti.”
Saya hanya bisa mendengarkan keluh kesahnya. Ia mencurahkan seluruh isi hatinya kepadaku. Ia merasa bahwa dengan didengarkan, ia mampu tetap menjalani situasi hidupnya. Kenalan saya itu merasa puas bahwa ia dapat berjumpa dengan seseorang yang mampu mendengarkan keluh kesahnya.
Suatu kali lain, kami berjumpa lagi. Kali ini ia tidak lagi mempersoalkan situasi dirinya. Ia merasa telah menemukan situasi hidup yang lebih baik. Ia tidak perlu mempertanyakan kesalahannya kepada Tuhan. Ia merasa bahwa inilah tanggungjawab yang mesti ia pikul dalam hidupnya.
Memikul Beban Bersama Tuhan
Setiap manusia mempunyai ujiannya sendiri. Setiap manusia memiliki beban atau tanggung jawab yang harus dipikulnya sendiri. Tidak ada seorang pun yang ingin hidup dalam lembah derita. Mengapa? Karena semua orang ingin selalu hidup dalam suasana bahagia. Menyalahkan keadaan dan orang lain bukanlah jalan keluar yang tepat. Dengan berbalik mengutuk orang lain, sama halnya dengan memasukkan kerikil dalam hati.
Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk berani menghadapi kehidupan ini meski banyak persoalan yang mesti kita hadapi. Persoalan-persoalan itu justru menjadi kesempatan untuk menguji kemurnian iman kita kepada Tuhan. Ada orang yang enggan menghadapi berbagai persoalan hidupnya. Ada orang yang mudah menyerah pada keadaan. Tentu saja hal ini tidak menunjukkan bahwa kita adalah orang beriman sejati.
Orang beriman mesti senantiasa yakin bahwa orang yang berani menghadapi persoalan-persoalan hidupnya akan menemukan sukacita dan damai dalam hidup ini. Memang untuk hal ini, orang mesti memiliki keyakinan bahwa dia tidak melangkah sendirian di dunia ini. Tuhan yang mahabaik dan mahapenyayang senantiasa berjalan bersama dirinya. Tuhan selalu membantu dirinya, ketika ia berani menyerahkan seluruh hidup ke dalam kuasa Tuhan.
Karena itu, orang mesti tetap bertahan dalam iman akan Tuhan. Artinya, orang mesti selalu mengandalkan Tuhan dalam seluruh proses hidupnya. Orang mesti memenuhi hidupnya dengan kasih Tuhan yang tak pernah lekang oleh karatnya zaman.
“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Tuhan kepada barangsiapa yang mengasihi Dia,” kata Santo Yakobus (1:12). Tuhan memberkati.
Komentar